kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45981,69   -8,68   -0.88%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akuisisi Alto, Djarum perkuat lini finansial


Kamis, 09 Agustus 2018 / 11:03 WIB
Akuisisi Alto, Djarum perkuat lini finansial


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Djarum kian serius menggarap bisnis layanan switching, dengan mengakuisisi 5% saham PT Daya Network Lestari sebagai pengelola ATM Alto. Akuisisi tersebut dilakukan melalui perusahaan modal ventura milik Djarum yaitu Central Capital Ventura (CCV).

Armand Widjaja, CEO Central Capital Ventura (CCV) belum bersedia berkomentar banyak. "Proses akuisisi belum final," katanya, kemarin.

Sumber KONTAN berbisik akuisisi ini sudah dilakukan sejak Juni 2018. Grup Djarum adalah juga pemilik Bank Central Asia (BCA).

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA membenarkan, Grup Djarum mengakuisisi Alto. "Saat ini BCA juga memiliki 2% saham di Alto," kata Jahja, Rabu (8/8). Namun Jahja enggan menginformasikan nilai akuisisi tersebut.

Langkah akuisisi ini bertujuan untuk meningkatkan permodalan perusahaan Alto. Sejak implementasi sistem gerbang pembayaran nasional (GPN), Bank Indonesia (BI) mensyaratkan minimal modal perusahaan switching sebesar Rp 50 miliar.

Alto pada awalnya didirikan tiga bank Bank Permata, Bank CIMB Niaga dan Maybank Indonesia, dengan pemegang saham mayoritas PT Alto Network. Perusahaan switching lain di dalam negeri adalah PT Rintis Sejahtera (ATM Prima) yang selama ini dipercaya sebagai jasa switching layanan perbankan BCA. Ada pula PT Artajasa Pembayaran Elektronis (ATM Bersama) dan PT Jalin Pembayaran Nusantara (JPN).

Sumber KONTAN.co.id menjelaskan, ATM Prima saat ini yang memiliki jumlah transaksi terbesar. Otomatis, dengan mencaplok Alto, ATM Prima semakin digdaya.

Namun dari pendapatan bisnis switching, Artajasa disebut menjadi yang teratas.Berdasarkan prospektus rencana initial public offering (IPO) Artajasa yang kemudian batal, tercatat sampai kuartal III-2017, aset perusahaan switching ini Rp 569 miliar dan laba bersih sebesar Rp 110 miliar.

Adapun PT Jalin Pembayaran Nusantara menjadi perusahaan switching termuda yang baru saja berdiri pada November 2016. Jalin merupakan switching yang dibentuk atas inisiatif tiga lembaga yaitu Kementerian BUMN, Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan Telkom Indonesia.

BI mensyaratkan bank terkoneksi ke minimal dua lembaga switching. Dengan peta ini, BCA yang sebelumnya disebut mendekati Jalin agaknya telah menentukan pilihan. "Pemilihan perusahaan switching itu kebijakan internal, tidak dipublikasikan," kata Jahja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×