Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kendati telah mengantongi izin produk asuransi kredit sejak tahun 2010 silam, PT Asuransi Allianz Utama Indonesia baru mencicipi aktivitas usaha anyar tersebut di tahun ini. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan asuransi umum berbasis di Jerman itu langsung mendekati empat institusi perbankan menawarkan asuransi kredit.
Ricky Natapradja, Vice President Head of Credit Insurance Allianz Utama mengungkapkan, pihaknya tengah mendekati empat bank asing. “Satu di antaranya mendekati kesepakatan untuk asuransi kredit,” ujarnya, Rabu (18/6).
Asuransi kredit memberikan perlindungan bisnis dari piutang perusahaan yang tidak terbayarkan. Lini usaha ini memastikan tagihan perusahaan akan dibayarkan dan memungkinkan perusahaan mengelola risiko komersial dan politikal dari perdagangan.
Di Indonesia sendiri, lanjut Ricky, penetrasi pasar asuransi kredit masih kurang dari satu persen. Kondisi ini berbeda dengan Eropa dan Hong Kong yang sudah mencapai 30% - 40%. Industri bank dalam negeri juga belum memanfaatkan aktivitas ini.
“Pelaku usaha di Indonesia, terutama perbankan, masih bergantung pada instrumen jaminan transaksi seperti Letters of Credit (L/C). Padahal, instrumen ini tidak nyaman untuk dilakukan,” imbuh dia.
Selain bank, Allianz Utama juga mengincar berbagai sektor usaha di Indonesia. Hal ini lantaran dunia usaha nasional mengalami perkembangan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Sayangnya, rata-rata perusahaan Indonesia yang bertengger di peringkat 5 hingga 7.
Allianz Utama memberikan pemeringkatan 1 – 10 untuk setiap usaha di Indonesia. Peringkat 1 tercatat sangat baik, bahkan tanpa risiko. Sementara, angka 10 sangat buruk dan berisiko tinggi. “Karena, tidak ada kewajiban untuk perusahaan menyajikan laporan keuangan mereka, selain perusahaan pelat merah dan berstatus Tbk (terbuka),” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News