Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) menyebut pemburukan rasio kredit macet alias non performing financing (NPF) telah terjadi sejak kuartal IV tahun 2022, bahkan nilainya hampir mendekati 5%.
Wakil Ketua III Amvesindo, Chrismanto Saragih menyatakan pemburukan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya kenaikan harga bahan pangan dan bahan bakar.
“Sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia dan resesi global yang berdampak pada perekonomian Indonesia, dengan adanya PHK besar-besaran karena banyak pabrik yang tutup karena kurangnya permintaan ekspor dari Eropa Barat,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (30/9).
Baca Juga: Tak Cuma di Global, Modal Ventura di Indonesia Juga Catat Penurunan Investasi
Bukan hanya itu, Chris menyebutkan kondisi cuaca yang kurang baik seperti bencana alam, kemarau panjang dan lain sebagainya berimbas pada debitur yang memiliki usaha pertanian, perkebunan dan usaha di sekitar pantai.
“Debitur perusahaan modal ventura yang mayoritas pengusaha mikro, kecil dan menengah sangat terdampak sehingga pendapatan mereka menurun secara drastis dan pada akhirnya mengurangi kemampuan bayar cicilan kepada perusahaan modal ventura,” jelasnya.
Chris mengungkapkan, hal lain yang mendorong tingginya nilai NPF perusahaan modal ventura adalah portofolio yang tidak bertumbuh akibat menurunnya permintaan pembiayaan.
Untuk diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NPF perusahaan modal ventura (PMV) berada di level 4,39% di Juli 2023, jika dilihat sepanjang tahun ini NPF tertinggi ada pada bulan Mei 2023 yang mencapai 4,97%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News