kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis Pilarmas Investindo Sebut Bisnis Emiten Bank Syariah Masih Prospektif


Senin, 21 Februari 2022 / 15:12 WIB
Analis Pilarmas Investindo Sebut Bisnis Emiten Bank Syariah Masih Prospektif
ILUSTRASI. BTPN Syariah.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelompok bank syariah mampu mencatatkan kinerja yang optimal di sepanjang tahun lalu. Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo masih mengandalkan emiten bank syariah ini. 

“Prospek bank syariah di Indonesia masih sangat baik. Ini sesuatu yang kita harus belajar banyak dari Malaysia. Terlebih, Kementerian BUMN sendiri sudah susah menggabungkan tiga bank syariah. Artinya Menteri BUMN Erick Thohir melihat suatu peluang di sini,” papar Nico kepada Kontan.co.id pada Senin (21/2). 

Kendati memiliki prospek, Nico mengakui untuk melakukan penetrasi pasar berbasis syariah tidak mudah. Sehingga diperlukan dibutuhkan penguatan modal, infrastruktur, dan mengembangkan teknologi informasi. 

“Potensi bank syariah jauh lebih besar dari konvensional, selama bank bisa menyesuaikan kebutuhan pasar maka potensinya akan selalu tersedia. Bank syariah harus mengembangkan produk perbankan berdasarkan enam akad syariah,” jelasnya. 

Baca Juga: Tumbuh 108,8%, CIMB Niaga Catat Laba Bersih Konsolidasi Rp 4,1 Triliun Pada 2021

Terkait saham, Pilarmas Investindo masih senang dengan BTPN Syariah (BTPS.) Lantaran sudah memulai bisnis syariah sudah lama. Terlebih, pada 2021 lalu, BTPS mampu mencatatkan laba hingga 72% year on year (yoy) seiring upaya memperkuat digitalisasi. 

“BRIS dulu suka waktu awal-awal merger. Untuk jangka panjang prospek Bank Syariah Indonesia (BRIS) masih sangat baik sebetulnya. Namun untuk jangka pendek masih dalam tahap bearish dulu,” tuturnya. 

Ia tidak banyak berbicara mengenai prospek BANK kendati Bank Aladin digadang-gadang menjadi bank digital. Sebab, dalam menjalankan bisnis, bank tidak hanya akan fokus dalam menghimpun dana tapi juga menyalurkan kredit atau pembiayaan. 

“Apa yang membuat ARTO (Bank Jago) berbeda dengan BANK? Ada pada ekosistem dan database GoJek yang begitu besar. Bagi bank yang baru mulai, bukan dilihat dari keuntungan, tapi prospek di masa datang,” jelasnya.

Kendati demikian, ia menyadari mengetahui fundamental tetap jadi perhatian. Namun yang paling penting adalah bagaimana strategi dan rencana bisnis bank demi mendapatkan keuntungan dan bertumbuh di masa datang. 

Baca Juga: BTN Siapkan Skema Sewa Rumah Sebelum Membeli, Apa Itu?

Asal tahu saja, BSI optimistis bisnis di 2022 akan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyatakan keyakinan ini seiring proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional dari berbagai pihak dalam rentang 4,6% hingga 5,2%.

“DPK (Dana Pihak Ketiga) diperkirakan akan mencapai antara 8%, pembiayaan syariah lebih dari 7% sampai dengan 7,5% di sepanjang 2022,” ujar Hery beberapa waktu lalu. 

BSI akan menyasar sektor prioritas seperti sektor infrastruktur, energi, hingga ekosistem kesehatan. Bank syariah pelat merah ini juga akan membidik sektor pendidikan dan telekomunikasi, informatika, serta komunikasi. 

Seiring menjaga pertumbuhan DPK dan pembiayaan, BSI juga akan terus meningkatkan efisiensi. Termasuk dari biaya dana yang akan ditingkatkan seiring mendorong pertumbuhan dana murah. Juga mengoptimalkan pendapatan berbasis komisi di sepanjang 2022.

Hery menyatakan BSI mampu mencatatkan laba bersih mencapai Rp 3,03 triliun naik 38,42% secara year on year (YoY) di sepanjang 2021. Kinerja itu disokong oleh pembiayaan yang tumbuh dan sehat di semua segmen yaitu konsumer, korporasi, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), gadai emas hingga kartu pembiayaan. Perseroan pun mampu mengoptimalkan penghimpunan dana murah. 

"Total penyaluran pembiayaan mencapai Rp 171,29 triliun atau naik sekitar 9,32% secara YoY dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 156,70 triliun. Rinciannya, pembiayaan konsumer mencapai Rp 82,33 triliun, naik sekitar 19,99% secara YoY dari sebelumnya yang sebesar Rp 68,61 triliun," paparnya. 

Disusul pembiayaan gadai emas yang bertumbuh 12,92% secara YoY. Sementara itu pembiayaan mikro tumbuh 12,77% dan pembiayaan komersial tumbuh 6,86%. Dari sisi kualitas pembiayaan, BSI mencatatkan NPF Nett yang membaik menjadi 0,87% pada Desember 2021.

“Akselerasi digital menjadi kunci kami untuk terus bergerak mengikuti perubahan perilaku nasabah yang serba dinamis, cepat dan aman. Kami ingin mempertahankan dan terus menumbuhkan kinerja positif ini ke depan. Sehingga kami bisa menjadi tokoh utama dalam pengembangan ekonomi syariah di Tanah Air. Dengan hadirnya BSI, ekonomi syariah bukan sekadar alternatif, namun menjadi salah satu pondasi utama perekonomian Indonesia,” jelasnya. 

Baca Juga: Kinerja Bank Syariah Optimal, Ini Analisis Saham BTPS, BRIS, dan BANK dari Emtrade

BSI telah menggarap kanal digital BSI Mobile dan E-Channel. Per Desember 2021, transaksi kumulatif BSI Mobile mencapai 124,54 juta transaksi atau tumbuh sekitar 169% secara YoY. 

Adapun DPK juga meningkat seiring dengan pertumbuhan tabungan khususnya tabungan Wadiah. Posisi Desember 2021, tabungan Wadiah tumbuh signifikan yang mencapai 15,30% secara YoY atau menjadi Rp34,10 triliun. 

Sementara untuk total tabungan mencapai Rp 99,37 triliun atau bertumbuh 12,84% pada kurun waktu yang sama. Pertumbuhan tabungan tersebut berdampak kepada membaiknya biaya dana atau cost of fund yang menjadi 2,03%. Persentase tersebut menurun dibandingkan dengan Desember 2020 yang sekitar 2,68%.

BTPS berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 1,47 triliun. Nilai ini tumbuh 72% dibandingkan perolehan laba bersih di 2020 senilai Rp 855 miliar. 

Hal ini tak terlepas dari pembiayaan terhadap Ultramikro yang menjadi fokus Bank tumbuh 10% menjadi sebesar Rp 10,44 triliun pada 2021. Terus naik dibanding periode yang sama sebelumnya Rp 9,52 triliun.

Pertumbuhan ini juga disertai dengan kualitas pembiayaan yang tetap terjaga, Non Performing Financing (NPF) tercatat di posisi 2,37%.  Bank juga masih memiliki rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di posisi 58%. 

Total aset tumbuh 13% (YoY) menjadi Rp 18,54 triliun dari Rp 16,44 Triliun. Dana pihak ketiga tumbuh 12 % (YoY) menjadi Rp 10,97 triliun dari Rp 9,78 triliun. 

Seiring dengan itu, selama 2021 BTPS terus mengembangkan layanan berbasis aplikasi yang ditujukan untuk mempermudah seluruh nasabah dan agen. Dengan aplikasi ini, setiap hari Mitra Tepat dapat membantu nasabah inklusi memenuhi kebutuhan mereka untuk bertransaksi perbankan. 

Hadi Wibowo, Direktur Utama BTPN Syariah menyatakan pengembangan teknologi ini sangat memperhatikan tingkat literasi digital masyarakat inklusi. Dalam hal ini bank tetap terus melakukan fungsi pendampingan. 

“Juga memperkenalkan, mengajarkan, serta mempelajari respons mereka sebagai bagian proses penyempurnaan aplikasi sehingga tepat untuk menjadi alat dalam meningkatkan produktivitas mereka ke depannya. Jadi, semua dilakukan secara bertahap dan terus didampingi”, tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×