Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) telah melakukan langkah antisipasi akibat utang milik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang macet. BNI pun meningkatkan biaya provisi untuk antisipasi.
Peningkatan biaya provisi BNI pun tampak cukup signifikan terjadi di kuartal IV/2024. Biaya provisi BNI naik 50,3% secara kuartalan menjadi senilai Rp 2,82 triliun di periode tersebut.
Kondisi tersebut pun pada akhirnya turut berdampak pada laba BNI yang turun secara kuartalan. Di kuartal akhir 2024 tersebut, laba bank berlogo 46 ini turun 8,2% secara kuartalan menjadi Rp 5,15 triliun.
“(Penyebab) salah satunya tambahan untuk provisi Sritex,” ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar kepada KONTAN, Rabu (29/1).
Baca Juga: Kualitas Aset Membaik, Perbankan Ramai-Ramai Pangkas Biaya Provisi untuk Jaga Kinerja
Meski demikian, Royke memastikan setelah melakukan langkah tersebut, tidak akan ada dampak signifikan akibat dari utang Sritex ke depan. Mengingat, biaya provisi tersebut dinilai sudah cukup.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Erni Marsella Siahaan dalam riset terbarunya, 23 Januari 2025, menilai, provisi ini merupakan langkah manajemen BNI dalam menerapkan asas kehati-hatian.
Selain karena pemupukan provisi untuk utang milik Sritex, Erni juga melihat peningkatan biaya provisi BNI disebabkan pula oleh manajemen overlay yang mencapai Rp 500 miliar yang disebabkan cakupan penjaminan untuk UMKM yang lebih besar.
“Manajemen secara konservatif meningkatkan cakupan provisi untuk berbagai segmen UMKM. Untuk kategori UMKM tahap 2 meningkat dari 20% menjadi 40%. Sedangkan tahap 2 naik dari 60% menjadi 70%,” tulis Erni dalam riset.
Baca Juga: BCA Buka Suara Terkait Utang Milik Sritex (SRIL) Senilai US$ 82,68 Juta
Sependapat, Analis Phintraco Sekuritas Nurwachidah bilang peningkatan biaya provisi ini merupakan langkah antisipasi yang dilakukan oleh BNI. Saat ini tren kualitas kredit bank tersebut sedang membaik.
Sebagai informasi, Non Perfoming Loan (NPL) gross BNI turun 10 basis poin secara tahunan (YoY) menjadi 2 % di 2024. Sementara itu, Loan at Risk (LaR) juga turun dari sebelumnya 12.9% di 2023 menjadi 10.2% di 2024.
“Perbaikan kualitas aset ini berpotensi berlanjut di 2025,” ujarnya dalam riset terbarunya (23/1).
Selanjutnya: 10 Orang Terkaya di China Periode Januari 2025
Menarik Dibaca: 11 Obat Herbal Penurun Gula Darah Alami yang Efektif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News