Reporter: Ferrika Sari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk lima tahun ke depan, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) berencana untuk mengurangi instrumen investasi ke saham demi mengurangi dampak naik turunnya harga saham (volatilitas).
Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menjelaskan, investasi Jiwasraya ke instrumen yang kini porsinya 50% akan berkurang menjadi 20%. Nantinya saham-saham yang dikoleksi merupakan saham blue chip atau berkinerja baik di bursa efek.
Baca Juga: Kejaksaan Agung akan periksa 24 saksi di Januari 2020 terkait kasus Jiwasraya
“Selanjutnya, kami akan investasi masing-masing ke obligasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Surat Berharga Negara (SBN),” kata Hexana, kepada Kontan.co.id, pekan lalu.
Sedangkan koleksi saham-saham yang nilainya sudah undervalue akan dilepas sesuai kebijakan perusahaan. Keberadaan koleksi saham – saham undervalue merupakan akibat kesalahan pengelolaan investasi pada manajemen lama.
Penyebabnya, perseroan berinvestasi ke saham-saham gorengan atau berkualitas rendah. Hexana mencontohkan, Jiwasraya hanya berinvestasi 5% ke saham LQ45 dan selebihnya ke saham dengan fundamental rendah serta berisiko.
Baca Juga: Terjadi sejak sepuluh tahun lalu, Jokowi tak salahkah SBY soal kasus Jiwasraya
Sialnya nilai investasi ke saham cukup besar. Pada 2018 lalu, nilai investasi Jiwasraya ke saham mencapai Rp 5,7 triliun atau 22,4% dari total investasi. Sedangkan reksa dana saham mencapai Rp 14,9 triliun atau 59,15%. “Dari jumlah itu hanya 2% saham yang dikelola oleh manajer investasi top tier di Indonesia,” ujarnya.
Kondisi tersebut membuat nilai aset saham Jiwasraya ambles atau tersisa Rp 1,4 triliun per 26 Desember 2019. Sedangkan di instrumen reksa dana saham hanya tinggal Rp 4 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News