Reporter: Ferry Saputra | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) memperkirakan, sejumlah investor asing masih berpotensi besar mencaplok perusahaan multifinance Indonesia pada tahun depan.
Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menilai, faktor utamanya perusahaan multifinance harus terus memperkuat permodalan. Dengan demikian, perlu adanya investor tambahan untuk memperkuat permodalan.
Hal itu juga sesuai dengan ketentuan penguatan permodalan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mana perusahaan multifinance harus memenuhi permodalan minimum Rp 100 miliar.
Baca Juga: Mandiri Utama Finance Belum Berencana Kerek Bunga Pembiayaan di Awal 2024
Adapun ketentuan itu berdasarkan POJK Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggara Usaha Perusahaan Pembiayaan.
"Masih banyak potensi investor asing caplok multifinance dalam negeri. Tentu kami bisa melihat penguatan permodalan itu harus terus dikuatkan oleh OJK untuk menghadapi situasi persaingan di masa depan," ungkapnya saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (29/11).
Menurut Suwandi, penguatan permodalan tentu harus diikuti oleh pengusaha dalam negeri.
Dia berpendapat kalau para pengusaha kurang modal, salah satu caranya harus mencari investor, termasuk dari luar negeri.
Fenomena itu yang belakangan ini terjadi dari sebelumnya investor Korea mencaplok di bawah 5 perusahaan, sekarang ada lebih dari 15 perusahaan. Ditambah investor China juga mulai melirik perusahaan multifinance Indonesia.
Baca Juga: Asosiasi Perusahaan Pembiayaan (APPI) Bikin Program Dana Abadi
Suwandi pun menerangkan para investor luar negeri, seperti China dan Korea, tertarik untuk berinvestasi di perusahaan pembiayaan salah satunya karena bisnis fintech peer to peer (P2P) lending masih ada gangguan.
Dia berpendapat investor asing yang bisnisnya di fintech P2P lending mendapat gangguan yang kurang baik karena masih kurangnya peraturan.
Namun, bisnis pembiayaan itu aturannya sudah baik.
"Dalam konteks berbisnis dinilai lebih mudah di industri pembiayaan. Kalau fintech P2P lending mempertemukan yang punya duit sama yang mau meminjam. Kalau yang punya duit merasa investasi malah tidak benar, tentu ragu untuk berinvestasi kembali," ucapnya.
Suwandi menganggap hal itu berbeda di bisnis pembiayaan, yang mana sudah punya teknologi yang bagus dan adanya pinjaman berasal dari perbankan.
Dengan demikian, kepercayaan para investor untuk berinvestasi lebih pasti.
Baca Juga: Sejumlah Multifinance Optimistis Pembiayaan di Semua Segmen Bakal Tumbuh pada 2024
"Jadi, investor asing juga akan melihat satu kesempatan yang luar biasa di Indonesia karena banyaknya penduduk di Indonesia," katanya.
Suwandi pun menerangkan saat ini perusahaan pembiayaan yang ada di Indonesia berjumlah 150.
Dia bilang dar 150 itu, sebanyak 31 perusahaan dimiliki perbankan, 27 dimiliki oleh dealership, dan 60 lebih dimiliki joint venture, dan sisa 30-an perusahaan dimiliki pemegang saham dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News