kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Aset asuransi syariah tembus Rp 42,7 triliun pada akhir Maret 2018


Kamis, 31 Mei 2018 / 10:54 WIB
Aset asuransi syariah tembus Rp 42,7 triliun pada akhir Maret 2018
ILUSTRASI. Ilustrasi industri syariah dan keuangan syariah


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan asuransi yang merilis produk asuransi syariah mencatatkan hasil positif dari sisi aset dan kontribusi bruto. Hal ini menunjukkan, pertumbuhan bisnis produk asuransi syariah menorehkan capaian gemilang sepanjang kuartal pertama 2018.

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aset asuransi syariah mencapai Rp 42,7 triliun hingga Maret tahun ini. Jumlah itu naik 21,3% dari tahun lalu yakni Rp 35,2 triliun secara year on year (yoy).

Kenaikan aset tersebut, juga dibarengi peningkatan kontribusi bruto asuransi syariah. OJK mencatat, kontribusi bruto mencapai Rp 4,09 triliun, naik 34,9% dari tahun lalu yaitu Rp 3,03 triliun.

Direktur IKNB Syariah OJK Muchlasin mengatakan, pertumbuhan aset asuransi syariah itu, berkat kontribusi pengelolaan investasi yang tepat dan adanya penambahan modal untuk mendongkrak kinerja. Ada kemungkinan, bahwa penambahan modal tersebut berasal dari perusahaan asuransi yang baru berdiri.

“Sampai dengan bulan Maret 2018, terdapat penambahan modal dari tiga perusahaan asuransi, walaupun kenaikan kurang dari Rp 200 miliar,” kata Muchlasin kepada Kontan.co.id, Kamis (31/5).

Atas hal itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (ASSI) Erwin Noekman optimistis bahwa bisnis syariah bisa terus tumbuh mencapai 10% hingga akhir tahun. Namun, pertumbuhan itu bisa berubah mengikuti tren pertumbuhan ekonomi nasional yang saat ini masih lesu.

Kondisi ekonomi yang labil tetap membuka kemungkinan bisnis ini akan membaik. Salah satu faktornya, karena adanya peran regulasi yang mendukung bisnis syariah, berupa skema bagi hasil produk asuransi berbalut investasi. Produk ini dinilai lebih menjanjikan dan tidak terlalu terpengaruh terhadap fluktuasi pasar saham.

“Selain itu masih ada potensi bisnis syariah yang masih belum digarap seperti di sektor fesyen, hotel dan rumah sakit,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×