Sumber: KONTAN | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Aset bank-bank besar tercatat turun hingga Rp 20,51 triliun di kuartal satu 2010. Dalam statistik perbankan Bank Indonesia (BI) terbaru diketahui dari sepuluh bank terbesar berdasarkan aset, tercatat lima bank besar asetnya turun ketimbang posisi akhir tahun 2009.
Sebut saja PT Bank Mandiri Tbk (Mandiri). Meski masih di urutan pertama, nilai aset turun menjadi Rp 368,80 triliun dari akhir 2009 Rp 375,23 triliun. Dus, pangsa pasar ikut turun menjadi 14,39% dari 15%.
Bank beraset terbesar kedua PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga senasib. Aset BRI turun Rp 13,82 triliun menjadi Rp 304,62 triliun dari Rp 318,44 triliun. Pangsa pasar juga ikut melandai menjadi 11,88% dari 12,73%.
Penurunan aset juga terjadi di PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI). Kalau di akhir tahun 2009 aset masih Rp 226,91 triliun. Dalam tempo tiga bulan susut menjadi Rp 213,07 triliun atau turun Rp 13,83 triliun. Bank kakap lain yang asetnya turun adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN).
Namun, lima bank dalam jajaran sepuluh besar bank terbesar di tanah air asetnya masih naik. Kenaikan aset terbesar dicatat oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga). Dalam rentang tiga bulan, aset bank ini naik Rp 7,78 triliun menjadi Rp 114,67 triliun.
Siklus biasa
Direktur Keuangan BRI Sudaryanto Sudargo menuturkan turunnya aset perbankan di kuartal I 2010 awal wajar dan terjadi di hampir semua bank. Hal ini terkait siklus dana pihak ketiga (DPK) yang mampir ke bank.
Di BRI, akhir tahun biasanya nilai DPK melonjak karena pemerintah menaruh duit sisa anggaran yang belum terpakai. Kalau tak tersalurkan kredit, dana ditempatkan ke surat berharga yang menaikkan aset. "Nilainya bisa belasan triliun. Makanya, akhir tahun lalu nilai giro kami naik tinggi," jelas Sudaryanto.
Begitu menginjak tahun baru, dana pemerintah ditarik lagi seiring mulai bergeraknya proyek-proyek anggaran di pusat dan daerah. Penarikannya pun mencapai belasan triliun. Ini berimbas ke aset bank. "Soalnya kami harus mencairkan dana dari surat berharga," imbuhnya.
Direktur Utama BNI Gatot M. Suwondo mengamini hal ini. "Di BNI memang terjadi penurunan DPK dari akhir tahun ke kuartal satu, itu penyebab penurunan aset kami," katanya.
Direktur Internasional dan Tresuri Bank Mandiri Thomas Arifin mengungkapkan hal senada. "Penurunan aset bank hanya karena penurunan DPK. Khususnya dana mahal atau deposito," ujarnya.
Wakil Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja menambahkan, fenomena penurunan aset di awal tahun memang sudah biasa terjadi. "Di kuartal satu turun sedikit, ini juga karena pelepasan kredit ikut turun. Nanti di kuartal dua kembali naik," jelasnya.
Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Halim Alamsyah belum mau berkomentar jauh soal anjloknya aset bank-bank kelas kakap ini. "Saya harus cek dulu. Namun, sekadar info, memang ada beberapa data bank belum beres karena perubahan format laporan bank-bank yang mengikuti PSAK 50/55," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News