Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bisnis bank di segmen jasa kustodian terus mencatatkan peningkatan. Hal ini seiring dengan literasi investasi pasar modal yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal Indonesia telah mencapai 14,58 juta per November 2024. Jumlah ini meningkat 21,27% dari periode sama di tahun sebelumnya sebesar 12,02 juta investor.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) sebagai salah satu bank kustodian pun mencatatkan peningkatan pada dana kelolaannya.
Hingga 31 Desember 2024, Bank Kustodian BRI mengelola Asset Under Custody (AUC) sebesar Rp1.400 triliun, termasuk efek syariah senilai Rp 203,9 triliun.
Efek syariah tersebut terdiri dari surat berharga milik nasabah Asuransi Syariah, Lembaga Pemerintah Syariah, Reksa Dana Syariah, dan Efek Beragun Aset Syariah.
Baca Juga: Kuantum Akselarasi Indonesia Rajin Lego Miliaran Saham VKTR di Pengujung 2024
Direktur Wholesale dan Kelembagaan BRI Agus Noorsanto menyampaikan bahwa BRI aktif mendukung perkembangan pasar modal ini melalui layanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Hal ini dibuktikan melalui sertifikasi Kustodian Syariah dari DSN-MUI yang diperoleh sejak 2018, memungkinkan Bank Kustodian BRI untuk mengadministrasikan efek syariah milik nasabah.
“Nasabah tidak perlu ragu untuk menitipkan efek syariahnya di Bank Kustodian BRI. Kami telah melengkapi layanan dengan sertifikasi Kustodian Syariah dari DSN-MUI sejak 2018,” ujar Agus, Kamis (9/1).
Selain itu, BRI juga memastikan layanan yang diberikan memenuhi standar internasional di bidang sistem manajemen mutu atau lebih dikenal dengan International Organization for Standardization (ISO) 9001:2015.
Sistem Manajemen Mutu ini menunjukkan komitmen Bank Kustodian BRI untuk terus melakukan improvement atas layanan kepada nasabah.
Terbaru, Bank Kustodian BRI kembali memperkuat komitmennya dalam melayani kebutuhan pasar modal syariah dengan menjalin kerja sama strategis bersama PT Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah untuk pengelolaan efek syariah.
Baca Juga: Bank Muamalat Gelar RUPSLB Besok, MUI Harapkan Sosok Dirut Seperti Ini
Langkah ini juga disebut menjadi wujud nyata dukungan BRI dalam memberikan nilai tambah bagi ekosistem pasar modal syariah di Indonesia sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional berbasis inklusivitas.
Setali tiga uang, Hingga November 2024, PT Bank Syariah Indonesia (BRIS) telah mendapat kepercayaan pengadministrasian Asset Under Custody (AUC) mencapai lebih dari Rp110 Triliun.
Direktur Treasury & International Banking BSI Ari Rizaldi mengatakan , pengembangan bisnis treasury BSI mencerminkan upaya berkelanjutan untuk memberikan solusi finansial yang inovatif dan terpercaya.
Salah satu komitmen utama adalah pengembangan produk treasury melalui transaksi Pasar Uang Valuta Asing Berbasis Syariah, yang menawarkan alternatif investasi valuta asing ideal bagi lembaga keuangan.
"Ke depan, BSI berkomitmen untuk terus memberikan layanan terbaik untuk capital market yang aman, nyaman dan terpercaya," katanya.
Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara (BTN) Ramon Armando juga menyebut, sejak BTN mendapat persetujuan dari OJK bulan November 2022 untuk memberikan jasa kustodian kepada nasabah, Assets Under Custody (AUC) yang diadministrasikan oleh kustodian BTN terus meningkat dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan oleh manajemen.
Baca Juga: Aset Kelolaan Bank Kustodian BRI Capai Rp 1.400 triliun hingga Akhir Desember 2024
"Nasabah kustodian BTN terdiri dari institusi dan individu yang menggunakan jasa core/general custody dan jasa Fund Services untuk manajer investasi yang mengelola reksa dana," kata Ramon.
Penambahan jumlah nasabah dan peningkatan AUC kustodian tersebut juga disebut Ramon berdampak kepada peningkatan Fee Based Income yg dihasilkan kustodian BTN. Walau demikian, ia tak membeberkan lebih dalam berapa peningkatannya.
Dalam memasarkan jasa kustodian, BTN melakukan kolaborasi antar unit kerja pengelola jasa kustodian dgn unit kerja terkait seperti Treasury, unit kerja pengelola nasabah (institusi dan individu).
"Selain itu kami juga berkoordinasi dengan manajer investasi yg menerbitkan reksadana," tandasnya.
Selanjutnya: Mata Uang Utama Tertekan Dihadapan Dolar AS, Berikut Penyebabnya
Menarik Dibaca: Galeri Nasional Hadirkan Pameran Tribut untuk Hardi, Berlangsung hingga 26 Januari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News