Reporter: Issa Almawadi | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Goodbye China, Hello Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memungut ungkapan Nouriel Roubini, Ekonom kawakan dari New York itu untuk memperlihatkan bahwa asing semakin menaruh minat terhadap industri asuransi lokal.
Menurut regulator sektor keuangan itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu daya tarik bagi asing. Apalagi, penetrasi nasabah asuransi di Indonesia, menurut data OJK, baru 4% dari total populasi.
Jadi, pertumbuhan asuransi masih menjanjikan. "OJK mendapat banyak kunjungan calon investor. Dari Asia, Eropa, Amerika, bahkan Afrika. Ada yang serius dan ada yang masih menjajaki," kata Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Nonbank-OJK. Namun, dia enggan membeberkan identitas investor asing dan asuransi incaran mereka.
Nantinya, seluruh regulator tiap negara harus mengutamakan perlindungan konsumen. "Saat ini, memang belum ada kesepakatan otoritas di sini dan ASEAN terkait perusahaan seperti apa yang bisa berbisnis di sini dan sebaliknya," kata dia.
Ketua umum Asosiasi Asurasi Jiwa Indonesia (AAJI), Hendrisman Rahim, juga mengakui industri asuransi, khususnya segmen jiwa, merupakan bisnis potensial. Namun, industri lokal memang harus mengejar ketertinggalan. AAJI mencatat, 20 dari 48 asuransi jiwa terdaftar merupakan joint venture.
Firdaus juga berharap, industri asuransi bisa mengimbangi pertumbuhan aset bank. Saat ini, perbandingan aset bank dan non-bank di Indonesia masih 25%-75%. Sementara di Malaysia, porsi industri non-bank bisa mencapai 30% dan di Jepang hingga 40%.
Salah satu upaya adalah pemasaran produk asuransi mikro, terutama di kota-kota kecil. OJK kini merampungkan definisi resmi asuransi mikro, yang menjual polis relatif murah ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News