Reporter: Feri Kristianto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Krisis ekonomi global yang terus berlangsung menyebabkan para pelaku industri asuransi dan reasuransi menahan diri berekspansi. Lihat saja, data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) sebelum diaudit menyebutkan, porsi penyertaan langsung tahun lalu hanya Rp 5 triliun, padahal tahun sebelumnya mencapai Rp 11 triliun.
Isa Rachmatarwata, Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK mengaku, belum tahu penyebab pasti penyusutan porsi penyertaan langsung. Ia menilai, perusahaan asuransi dan reasuransi memilih cara aman berinvestasi pada periode itu.
"Karena kondisi pasar waktu itu fluktuatif jadi banyak yang memilih investasi di tempat aman," kata Isa pada akhir pekan lalu.
Terbukti, dari total dana investasi perasuransian tahun lalu Rp 245 triliun, portofolio di deposito mencapai 20,3% atau Rp 49 triliun. Angka itu terkerek 45,6% dibandingkan tahun 2010. Selain itu, investasi di obligasi dan surat utang jangka pendek atau MTN juga naik jadi Rp 18,4 triliun atau 7,%% dari total dana. Angka ini tumbuh 29,4%.
Simpanan di Surat Utang Negara (SUN) Rp 37,7% atau 15,4% dari total investasi. Jumlah itu tumbuh 15%. Di reksadana tumbuh 24,1% menjadi Rp 75,4 triliun atau berkontribusi 30,8% terhadap seluruh investasi. Sedangkan investasi di saham Rp 53,5 triliun, tumbuh 19,1%.
Tahun ini, porsi investasi itu tampaknya bakal berubah. Pasalnya, imbal hasil deposito dipastikan menyusut, seiring merosotnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) ke tingkat 5,75%. Di sisi lain, kekhawatiran krisis global mulai mereda sehingga mendorong investasi penyertaan langsung.
Mari tengok Jamsostek. Pengelola duit para pekerja itu, tahun ini, akan menambah porsi penyertaan langsung jadi 1,2% atau Rp 1,5 triliun. Tahun lalu, porsi penyertaan langsung hanya 0,2% dari total investasi. Evlyn G. Masassya, Direktur Investasi Jamsostek, bilang, Jamsostek akan menyetor modal Rp 1 triliun ke anak usaha baru, Indonesia Investment Company (IIC). “Kami sudah mendapatkan izin Bapepam-LK," kata Evlyn. Manajemen menargetkan, IIC beroperasi tahun ini.
Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) juga mempersiapkan anak usaha di bidang keagenan dan broker. Antonius Candra SN, Direktur Utama Askrindo belum menyebutkan dana investasinya. Tapi, menurutnya, investasi itu bakal lebih kecil dibandingkan mendirikan unit usaha syariah yang mencapai Rp 25 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News