kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Asuransi jiwa tradisional masih favorit


Rabu, 28 Agustus 2013 / 09:28 WIB
Asuransi jiwa tradisional masih favorit
ILUSTRASI. Obat Alami yang Ampuh Meredakan Migrain


Reporter: Mona Tobing | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Ketika berbagai perusahaan asuransi joint venture (JV) merilis produk-produk unitlink baru, asuransi jiwa lokal tak ingin latah mengikuti jejak tersebut. Kala kondisi pasar modal sedang tak menentu dan cenderung turun, mereka memilih memperbesar produk tradisional.

Asuransi Jiwa Sequis Life misalnya, di akhir tahun nanti akan menaikkan porsi kontribusi produk tradisional menjadi 20%, dibandingkan sebelumnya 15%. Saat ini, mayoritas premi Sequis Life masih berasal dari unitlink yang mencapai 85%.

Tatang Widjaja, Direktur Utama Sequis Life, menjelaskan saat kondisi pasar modal normal, masyarakat lebih menyukai produk unitlink atau asuransi berbalut investasi. Namun ketika pasar modal diliputi ketidakpastian, masyarakat lebih memilih produk asuransi tradisional.

Beberapa produk proteksi tradisional yang dicari masyarakat antara lain produk asuransi dwiguna (endowment) dan produk asuransi jiwa seumur hidup atau whole life. "Momentum ini tepat untuk menggenjot perolehan produk tradisional," ujar Tatang, Senin (26/8).

Pasar asuransi tradisional juga dianggap lebih stabil. Selain itu, pembeli produk ini juga banyak dari luar kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya dan Semarang.

Asuransi Jiwasraya juga melakukan hal sama, dengan menahan kontribusi unitlink sebesar 10% dari total perolehan premi. Jiwasraya mengandalkan produk tradisional yang berkontribusi hingga 70% dan saving plan sebesar 20%. Lewat penguatan terhadap dua jenis produk ini, imbal hasil investasi tidak terpengaruh, meski kondisi pasar sedang merosot.

"Kami aman-aman saja dan belum terkena dampak signifikan terhadap kondisi pasar saat ini," kata Hendrisman Rahim, Direktur Utama Jiwasraya. Imbal hasil investasi Jiwasraya kini mencapai Rp 1,05 triliun, sudah melewati target yang ditetapkan awal tahun, yaitu Rp 1,03 triliun. Alasan lain Jiwasraya fokus pada produk tradisional adalah margin produk-produk unitlink tidak sebesar produk tradisional.

Premi lesu

Cara Jiwasraya memilih menghindari risiko pasar juga demi meningkatkan bisnis perusahaan. Sejak awal tahun hingga Juli, Jiwasraya baru meraup premi Rp 3 triliun. Pencapaian ini masih jauh dari target, yaitu Rp 8,5 triliun hingga akhir tahun. Sedangkan, Sequis Life hingga akhir semester pertama tahun ini baru meraup 40% dari target akhir tahun.

Hendrisman bilang, Jiwasraya belum akan merevisi target sekalipun pasar modal lesu. "Ada produk yang tidak terpengaruh kondisi pasar modal," ujar dia. Apalagi, kata dia, ada beberapa perusahaan yang belum membayar tagihan pada Jiwasraya.

Sejatinya, tak semua perusahaan asuransi alergi dengan pasar modal. Contohnya AXA Mandiri Financial Services, yang pekan lalu merilis produk unitlink baru berbalut syariah. Perusahaan ini mengumpulkan mayoritas atau 90% premi dari unitlink.

Asuransi Sinarmas MSIG Life juga ikut merilis unitlink baru, dengan keyakinan produk ini disukai investor karena sifatnya jangka panjang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×