Reporter: Tendi Mahadi, Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pembatasan bunga deposito telah berjalan per 1 Oktober 2014 lalu. Namun, sejumlah perusahaan asuransi jiwa masih lebih senang memarkir dana investasinya ke deposito ketimbang instrumen investasi lain.
Ambil contoh, PT AXA Life Indonesia masih menjadikan instrumen deposito sebagai andalan untuk membiakkan dana. Hengky Djojosusanti, Presiden Direktur PT AXA Life Indonesia menilai, deposito masih menjadi pilihan terbaik karena mereka tidak mengincar imbal hasil setinggi-setingginya.
Menurut Hengky, AXA Life masih fokus mengembangkan produk proteksi dan asuransi kesehatan. Selama ini, AXA Life hanya menginvestasikan dana milik perusahaan dan bukan uang nasabah. Makanya, AXA Life mengincar portofolio investasi yang aman.
"Sehingga tak ada pentingnya bagi kami untuk mengambil instrumen lain," ujar Hengky. Porsi deposito dalam penempatan investasi AXA mencapai 98% dari total portofolio. Sisanya ditempatkan di instrumen pasar uang.
Merujuk pada laporan keuangan di semester pertama tahun ini, AXA Life menginvestasikan dana senilai Rp 296,8 miliar. Sebanyak Rp 292,6 miliar diparkir di deposito dan Rp 4,1 miliar dibenamkan pada reksadana pasar uang.
Hardianto Wirawan, Corporate Strategic Planning Division Head Adira Insurance mengakui, deposito masih menjadi andalan investasi. Sekitar 60% dari dana investasi Adira ditempatkan di deposito. Sementara di obligasi korporasi 30%. "Sisanya obligasi pemerintah, tetapi kecil sekali," ujar Hardianto.
Di masa depan, ada kemungkinan tren instrumen investasi deposito akan menurun. Hardianto bilang, Adira Insurance akan mencari alternatif instrumen investasi lainnya. Tetapi, ia tak menyebutkan berapa besar pengalihan dana dari deposito ke instrumen investasi lain.
Menurutnya, Adira Insurance harus melihat kondisi pasar sebelum memutuskan mencari investasi lain. "Masih mencari alternatif lain. Ke depan, investasi di deposito bisa turun," imbuh Hardianto.
Instrumen investasi lain
Sedikit berbeda dilakukan oleh PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia. Lantaran lebih fokus ke bisnis unitlink, CEO Generali Edy Tuhirman bilang, sebagian besar dana Generali diinvestasikan ke instrumen yang berbasis saham. "Namun, deposito tetap kamiĀ alokasikan karena likuiditasnya lebih cair dibanding yang lain," kata Edy.
Dari laporan keuangan Generali, per Juni lalu, investasi perseroan ini mencapai Rp 1,7 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar 36,7% diparkir di deposito berjangka dan sertifikat deposito.
Secara umum, industri asuransi jiwa sendiri masih mengandalkan instrumen investasi yang menawarkan imbal lebih tinggi.
Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), hingga paruh pertama tahun ini, portofolio penempatan dana di deposito hanya mencapai 14,7%. Dana terbesar perusahaan asuransi masih diparkir di reksadana dengan porsi sekitar 30%. Lalu diikuti oleh saham dan obligasi masing-masing sebesar 29% dan 23,8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News