Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Zurich General Takaful Indonesia (Zurich Syariah) mengeluarkan produk baru, yakni Asuransi Parametrik Indeks Cuaca, yang ditujukan bagi para petani kopi di Aceh.
Presiden Direktur PT Zurich General Takaful Indonesia Hilman Simanjuntak mengatakan produk tersebut juga bertujuan untuk memperluas atau makin memperbanyak nasabah. Sekaligus bisa memberikan edukasi dan meningkatkan inklusi hingga ke pelosok.
"Baru zurich Indonesia yang menerbitkan produk tersebut. Kenapa di syariah? Sebab, pilot project kami meng-cover para petani di Gayo Aceh.
Sejauh ini, Zurich Syariah sudah melindungi lebih dari 1.500 petani kopi di Aceh," ucap dia dalam konferensi pers, Kamis (25/5).
Baca Juga: Industri Asuransi Jiwa Bayarkan Klaim Rp 45,56 Triliun pada Kuartal I 2023
Hilman mengatakan pengeluaran produk tersebut juga berdasarkan potensi Indonesia sebagai penghasil kopi terbesar keempat di dunia yang mana memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Dia menyebut industri kopi di Indonesia sendiri telah memberdayakan 1,86 juta keluarga petani pada 2021 dan menyumbang 16,15% dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
"Kalau memberikan produk ke petani kopi, memberikan cover atau perlindungan terhadap industri yang menyumbang PDB sebesar 16,15%," ujarnya.
Sementara itu, Hilman juga menerangkan cara Asuransi Parametrik Indeks Cuaca bekerja, yakni berawal dari risiko cuaca ekstrem yang berisiko mengganggu lahan kopi petani.
Dia menyebut kopi curah hujan tidak boleh kering pada saat proses pembuangan kopi, sedangkan saat proses panen, curah hujan tidak boleh terlalu besar. Berdasarkan pertimbangan itu, pihaknya lantas menyediakan cover parametrik.
"Artinya, kami menentukan parameter, yaitu curah hujan. Kalau curah hujannya terlalu kecil dan berpengaruh ke produksi, kami akan memberikan benefit dalam bentuk santunan. Ketika panen curah hujan terlalu besar, kami juga akan memberikan benefit," ungkapnya.
Hilman menjelaskan perusahaannya akan menggunakan data dari satelit cuaca untuk mengetahui tingkat curah hujan yang tidak terduga atau mengganggu. Dia menyebut data tersebut bisa di-publish dan diakses.
Baca Juga: AAJI Catat Pendapatan Premi Menurun 6,9% pada Kuartal I
Secara rinci, Hilman mengatakan data akan diberikan kepada para petani setiap 1 bulan. Dari situ, kalau ada periode di mana curah hujannya memicu parameter, pihaknya akan membayarkan santunan.
"Cukup simpel dan mudah dimengerti. Memang sesuatu yang diharapkan terjadi. Kami sudah melakukan pembayaran di awal tahun Rp 30 juta," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News