Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aturan pemerintah terkait devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) nampaknya belum efektif memacu nilai simpanan valuta asing (valas) di perbankan.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mencatat tidak ada perubahan yang signifikan terkait posisi term deposit valas DHE SDA yakni sebanyak US$ 1,9 miliar, berdasarkan data Oktober 2023 lalu.
“Posisi per 23 April 2024 ini adalah US$ 1,9 miliar dan sebagian besar ditempatkan di jangka waktu 3 bulan dananya, 99% ada di 3 bulan,” ujarnya.
Destry mencatat, saat ini sudah ada 163 perusahaan atau eksportir yang menempatkan DHE SDA di perbankan dalam negeri. Ini naik dari Maret 2024 lalu yang mencapai 160 perusahaan.
Baca Juga: Dukung Penguatan Rupiah, Simpan Dolar di Deposito Valas Bunga Hingga 5% p.a
Walau demikian, sejumlah bank optimistis simpanan valas dari DHE akan terus meningkat. Bank Central Asia (BCA) misalnya mencatat likuiditas valas BCA berada dalam posisi yang memadai. Per Maret 2024, BCA mencatat DPK valas sebesar Rp 66,6 triliun.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan terkait kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE), sejak Maret 2023, pihaknya telah menjadi bank perantara untuk transaksi penempatan term deposit (TD) operasi pasar terbuka konvensional DHE Sumber Daya Alam mata uang USD kepada BI.
"Serta mendukung pemanfaatan atas DHE SDA di sektor keuangan Indonesia, selaras dengan komitmen kami untuk mendukung kebijakan dan pemerintah, regulator, dan otoritas perbankan," ujar Hera kepada kontan.co.id.
Pihaknya juga melihat volume Transaksi TD valas DHE SDA tumbuh dengan positif, mengingat besarnya potensi industri yang berorientasi ekspor di Indonesia, terutama yang berbasis komoditas. Selain itu, insentif yang disediakan pemerintah dan regulator disebut Hera mampu mendukung implementasi penempatan DHE di dalam negeri yang lebih optimal.
"Ke depan, kami berharap likuiditas valas akan tetap terjaga dalam posisi memadai sejalan dengan transaksi valas yang bertumbuh. BCA berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang," ungkapnya.
Sementara Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman menyampaikan, bank Mandiri terus mencatat kenaikan DHE valas terutama yang terkait sumber daya alam (SDA), bahkan per Februari 2024, kenaikannya mencapai 183% dari posisi Juli 2023 sebelum peraturan pengendapan dana minimum 30% diberlakukan.
Baca Juga: Pasokan Dolar Menipis, Rupiah Semakin Loyo
"Sebagai salah satu bank devisa, Bank Mandiri terus memperkuat layanan guna mendukung eksportir dalam menyimpan devisa hasil ekspor (DHE) di perbankan dalam negeri," ucap pria yang akrab disapa Alus ini.
Alus mengatakan, melalui layanan pembukaan rekening khusus DHE SDA maupun rekening operasional, layanan transfer valas dengan rate yang kompetitif, solusi trade untuk kebutuhan advising maupun financing atas transaksi ekspor dimana layanan-layanan tersebut dapat diakses melalui aplikasi Kopra by Mandiri sehingga nasabah dapat mengakses layanan dengan mudah dimanapun dan kapanpun.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai lambatnya pertumbuhan simpanan valas menunjukkan kebijakan DHE SDA masih belum efektif.
"Para pengusaha enggan menempatkan valas-nya di bank dalam negeri karena suku bunga yang kurang menarik. Suku bunga valas di negara lain seperti Singapura jauh lebih menarik," katanya.
Menurutnya, pemerintah perlu mencari cara agar kebijakan ini bisa mendapatkan dukungan lebih banyak dari para pengusaha. Evaluasi terhadap bunga simpanan valas bisa menjadi salah satu cara.
"Karena selama perbedaan bunganya masih lebar, masih akan banyak pengusaha yang taruh valas di luar negeri," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News