kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Awas! Kredit macet penjaminan berpotensi naik


Selasa, 12 Mei 2015 / 20:54 WIB
Awas! Kredit macet penjaminan berpotensi naik
ILUSTRASI. Kentut pada area intim perempuansaat sedang melakukan hubungan seks disebut juga dengan queef, kenali penyebab munculnya.


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Industri penjaminan kredit kelihatannya harus lebih berhati-hati dalam menjamin kredit masyarakat di tahun ini. Pasalnya, rasio kredit macet penjaminan menunjukkan tren meningkat. 

Pada tiga bulan pertama ini saja, Non Performing Loan (NPL) industri penjaminan berada di kisaran 2%. Padahal, NPL periode yang sama tahun lalu masih terjaga di bawah 2%.

"Tren NPL saat ini terlihat naik. NPL penjaminan kredit dari program Kredit Usaha Rakyat (KUR) berkontribusi hingga 4%. Sementara, penjaminan kredit non-KUR masih terjaga pada level 1,4%. Hal ini dikarenakan, penjaminan KUR itu sifatnya wajib, kami tidak bisa memilih. Kalau non KUR kan kami bisa lebih selektif," ujar Bakti Prasetyo, Wakil Ketua I Asosiasi Perusahaan Penjaminan Indonesia, Selasa (12/5).

KUR merupakan program dari pemerintah. Industri penjaminan sendiri mengambil peran cukup besar dalam menjamin kredit khusus pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tersebut. Yaitu, hampir 50% dari total KUR yang digelontorkan pemerintah.

Tetapi, dalam perjalanannya, KUR malah menjadi penyumbang terbesar kredit macet pada UMKM perbankan. Kebanyakan permasalahannya lantaran tunggakan cicilan akibat bunga yang tinggi. Hal ini kemudian berimbas pada bisnis penjaminan kredit.

Harap maklum, tidak kurang dari 30% kredit yang dijamin industri penjaminan berasal dari KUR. "Itu artinya, kalau program KUR terhenti ekspansinya tahun ini, NPL penjaminan berpotensi naik lebih tinggi lagi. Karena, outstanding yang ada saat ini, yaitu Rp 46 triliun, dibagi dengan kredit-kredit berkualitas jelek tentu angkanya menjadi besar," imbuh Bakti.

Lain soal apabila KUR berjalan sesuai rencana pada 1 Juni 2015 mendatang, meskipun terlambat, sambung Bakti, setidaknya ada kredit-kredit baru yang disalurkan yang otomatis menaikkan jumlah outstanding. Sehingga, NPL penjaminan terkesan menciut.

Hal lain yang dapat menekan NPL penjaminan adalah dengan ekspansi bisnis untuk memperbesar portofolio penjaminan kredit non KUR. Misalnya, penjaminan kredit konsumtif, baik dari bank atau dari non bank, seperti multifinance.

"Saya tidak yakin beban klaim tahun ini akan turun. Bank cenderung mengajukan klaim ke kami. Hanya saja, saat ini posisinya mereka belum klaim langsung. Tetapi, sisa-sisa KUR itu kan masih banyak. Tengok saja, outstanding KUR sampai akhir tahun lalu sebesar Rp 46 triliun. Kami seperti menunggu, yang bisa diklaim itu kan yang kolektibilitasnya tingkat 4," imbuh Bakti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×