Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) optimistis kredit perbankan sepanjang tahun ini mampu tumbuh pada kisaran yang ditargetkan oleh Bank Indonesia (BI) yang berada pada kisaran 10%-12%.
Ekonom Bahana TCW Emil Muhamad melihat tekanan inflasi yang stabil dan cenderung melandai, dengan suku bunga BI yang kemungkinan tidak akan berubah, serta kembali menguatnya pertumbuhan kredit pada Mei 2023, memberi ruang bagi penyaluran pinjaman.
"Kredit konsumsi masih akan menjadi penopang utama penyaluran kredit di sepanjang tahun, di tengah-tengah tahun politik saat ini," ujar Emil dalam keterangan resmi, Kamis (6/7).
Sementara itu, ia berpendapat untuk segmen korporasi ataupun investor biasanya menahan diri untuk melakukan ekspansi usaha sebab terdapat ketidakpastian akan perubahan kebijakan dengan adanya pemerintahan yang baru. Oleh karenanya, itu akan mempengaruhi laju penyaluran kredit investasi dan modal kerja.
Lebih lanjut, ia bilang target kredit yang tumbuh sekitar 10% ini masih selaras dengan nominal pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada kuartal satu sebesar 12,49%. Sehingga, belum terlihat adanya indikasi overheating perekonomian.
Baca Juga: Bahana TCW Bagikan Tips Investasi Saat Kondisi Pasar Cukup Fluktuatif
“Bahkan jika ingin mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, bisa dipahami jika BI menjadi lebih akomodatif pada paruh kedua tahun ini,” ujarnya.
Ia melihat bank sentral siap memberikan stimulus melalui kebijakan makroprudensial berupa pemberian insentif likuiditas kepada bank-bank penyalur pembiayaan untuk sektor hilirisasi pertanian, pertambangan, perkebunan dan perikanan. Artinya, pelonggaran giro wajib minimum (GWM) untuk sektor hilirisasi tersebut berpeluang akan disesuaikan.
Bila dilihat dari perekonomian secara makro, ia bilang tekanan inflasi pada paruh kedua tahun ini cenderung semakin landai, yang berdampak pada tingkat suku bunga acuan. Memang, terbuka ruang bagi kebijakan moneter untuk memotong suku bunga, namun ia mengingatkan itu harus sangat hati-hati dilakukan sebab akan berdampak pada stabilisasi nilai tukar. Nilai tukar yang volatile akan mengganggu pelaku usaha.
Seperti diketahui, suku bunga acuan atau yang lebih dikenal sebagai BI-7day (reverse) repo rate tetap pada kisaran 5,75%, sejak Februari hingga Juni 2023, dengan suku bunga dasar kredit (SBDK) per juni pada kisaran 13,06%.
Bila dibandingkan dengan tahun lalu, angka tersebut memang lebih tinggi namun besaran kenaikan SBDK kian melandai setiap bulannya. Hal ini akan berdampak positif bagi penyaluran kredit konsumsi sebab masyarakat pada umumnya sensitif terhadap kenaikan harga dan suku bunga.
“Saham-saham big-cap cukup menarik untuk diperhatikan bila investor mulai melirik pasar saham,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News