kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   2.000   0,13%
  • USD/IDR 16.140   100,00   0,62%
  • IDX 7.080   43,33   0,62%
  • KOMPAS100 1.058   7,20   0,69%
  • LQ45 827   1,51   0,18%
  • ISSI 216   1,79   0,84%
  • IDX30 423   0,27   0,06%
  • IDXHIDIV20 512   -2,14   -0,42%
  • IDX80 120   0,73   0,61%
  • IDXV30 126   0,70   0,56%
  • IDXQ30 142   -0,50   -0,35%

Bank besar rajin menyetip utang macet


Senin, 02 Mei 2011 / 09:20 WIB
Bank besar rajin menyetip utang macet
ILUSTRASI. Pemain Manchester City Phil Foden merayakan gol ketiga dengan Raheem Sterling dalam pertandingan Manchester City vs Arsenal di Etihad Stadium, Manchester, Inggris, 17 Juni 2020.


Reporter: Roy Franedya, Wahyu Satriani | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Laporan keuangan kuartal I 2011 sejumlah bank papan atas menunjukkan tren peningkatan write off atau penghapusbukuan kredit bermasalah.

Sejumlah bankir yang dihubungi KONTAN mengatakan, selain akibat kurang hati-hati dalam menyalurkan kredit, hapus buku mereka ambil lantaran prospek debitur menurun. Write off menjadi pilihan agar kondisi keuangan bank tetap sehat.

Salah satu bank yang melakukan hapus buku adalah Bank BNI. Pada kuartal I 2011, bank berlogo angka 46 ini menghapus buku kredit senilai Rp 917,32 miliar atau meningkat 1,19% secara year on year (yoy). Dari jumlah tersebut, manajemen berhasil menagih (recovery) Rp 337,68 miliar. Pada akhir Maret 2010 recovery tersebut mencapai Rp 315,57 miliar.

Direktur Utama BNI Gatot Mudiantoro Suwondo mengatakan, seluruh kredit macet BNI berasal dari sektor kredit kelas menengah dan manufaktur. "Pada 2008 kami banyak memberikan kredit ke sektor menengah yang ternyata banyak mengalami masalah," ujarnya Rabu (27/4) lalu.

Dalam menyelesaikan kredit macet ini BNI menjalankan dua langkah: menjadwal ulang cicilan kredit atau melelang agunan bagi debitur yang tidak kooperatif. "Dengan metode ini kami berhasil menekan rasio kredit bermasalah (NPL) pada kredit menengah dari 11,9% pada akhir 2010 menjadi 10,6%," tambah Gatot. Kini NPL secara BNI keseluruhan (gross) tinggal 4,1%.

Pada akhir Maret 2011 BNI membukukan penyaluran kredit menengah Rp 23,94 triliun atau turun 7,07% (yoy). Saat ini komposisi kredit menengah 17,3% dari total kredit BNI sekitar Rp 138,64 triliun.

Berbeda dengan BNI yang tersandung di kredit menengah, Bank Rakyat Indonesia (BRI) memiliki masalah serupa di kredit usaha mikro kecil menengah (UMKM). Pada kuartal I 2011, BRI menghapus buku kredit Rp 517,09 miliar atau turun 3,27% (yoy). BRI berhasil menagih Rp 445,58 miliar, sementara pada kuartal I 2010 tingkat recovery Rp 771,74 miliar.

Direktur Keuangan BRI Ahmad Baiquni mengatakan, kredit macet berasal dari kredit UMKM. "Kebanyakan kami lakukan penjadwalan ulang cicilan," katanya. Tahun lalu, BRI melakukan recovery Rp 1,5 triliun. Tahun ini targetnya Rp 1,8 triliun.

Bukan korporasi

Bank papan atas lain, yakni Bank Central Asia (BCA), melakukan hapus buku di kuartal I 2011 sebesar Rp 414,67 miliar, tumbuh 2,38% dibandingkan periode yang sama 2010. Dari hapus buku tersebut BCA berhasil menagih Rp 115,1 miliar atau lebih tinggi 218,57% dari periode sebelumnya.

Wakil Direktur Utama Bank BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, hapus buku tersebut terjadi pada nasabah-nasabah kecil dan kelas UMKM. "Kalau korporasi tidak ada yang kami write off," ujarnya.

Di tiga bulan pertama 2011 Bank Panin juga menghapus buku kredit Rp 1,54 triliun, meningkat 40,05% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di Maret 2011, manajemen sudah menagih sekitar Rp 557,08 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×