Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan besar Tanah Air semakin aktif memperkuat bisnis anak usahanya. Tak dapat dipungkiri, bagaimanapun kinerja keuangan anak usaha turut menopang kinerja induk perusahaan.
Terbaru, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) kembali memperkuat bisnis anak usaha mereka yaitu PT Mandiri Utama Finance (MUF). Bank berlogo pita emas ini memperkuat posisi mereka di perusahaan pembiayaan ini dengan kepemilikan saham sebanyak 99%.
Sebelumnya, Bank Mandiri hanya mengantongi 55% saham MUF saja, sisa kepemilikan saham MUF dipegang oleh Asco Investindo sebanyak 37% dan Tunas Ridean sebanyak 12%.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo bilang langkah ini merupakan bagian upaya untuk memperkuat bisnis dan sinergi MUF dengan Bank Mandiri. Sayangnya, ia enggan menyebutkan nilai transaksi atas penambahan kepemilikan saham tersebut.
Sigit berharap kepemilikan saham Bank Mandiri secara mayoritas bisa memperkuat posisi MUF di industri perusahaan pembiayaan. Di mana, MUF memberikan layanan multiproduk dan multichannel untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
”Bank Mandiri terus mendorong perusahaan anak untuk menjadi leader di masing-masing industri,” ujar Sigit (5/12).
Per September 2024, Bank Mandiri mendapat kontribusi laba anak usaha sebanyak Rp 4,5 triliun atau naik 6,93% secara tahunan (YoY). Ini mencerminkan kontribusi yang baru mencapai 10,71%.
Lebih lanjut, Sigit bilang pihaknya akan terus memperdalam sinergi bisnis antar entitas konglomerasi keuangan Mandiri Grup. Dalam hal ini, memanfaatkan customer base yang besar dengan sinergi dari sisi platform maupun teknologi.
Baca Juga: Bank Mandiri Kuasai 99,9% Saham Mandiri Utama Finance (MUF)
Tak mau kalah, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Royke Tumilaar bilang saat ini pihaknya juga sedang melakukan transformasi secara grup keseluruhan. Bahkan, rencana anorganik seperti aksi akuisisi pun tengah disiapkan.
Salah satu anak usaha yang akan ditingkatkan Royke pada transformasi kali ini adalah BNI Asset Manajemen. Bukan tanpa alasan, BNI Asset Manajemen saat ini hanya memiliki market share sekitar 5,1% terhadat total Asset Under Management (AUM) yang ada di industri, mengacu pada persentasi BNI per September 2024.
“Peluangnya kan ada ingin jadi besar, dan kami inginnya loncat dengan mengakuisisi salah satu perusahaan manajemen aset,” ujar Royke.
Ia bilang saat ini sudah ada beberapa calon perusahaan yang memang tengah diibidik dan sedang dalam komunikasi. Namun, Royke masih merahasiakan perusahaan mana yang tengah dibidik tersebut.
Sementara itu, Royke juga menjelaskan bahwa melancarkan aksi korporasi tersebut, pihaknya berencana tidak akan meminta modal dari pemerintah. Melainkan, aksi korporasi tersebut diharapkan bisa dilakukan dengan dana yang berasal dari BNI sendiri.
Ia memberikan satu contoh yaitu bisa menggunakan dana dari hasil divestasi saham yang mereka miliki di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Memang, skema ini juga sudah sempat diungkapkan Royke kala peluncuran aplikasi Wondr pada pertengahan tahun lalu.
“Divestasi itu akan nunggu momen ketika memang kita siap untuk melakukan aksi korporasi tersebut,” ujar Royke.
Baca Juga: Simak Strategi Transformasi BNI terhadap Anak Usahanya untuk Dongkrak Kinerja
Selain BNI Asset Manajemen, Royke juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan fokus pula pada peningkatan bisnis bank digital miliknya yaitu PT Bank Hibank Indonesia. Di mana, saat ini bank yang dulunya milik Grup Mayora belum banyak terdengar.
Meskipun, secara kinerja, Hibank memang telah mencatatkan kinerja positif. Per September 2024, Hibank mencatat kredit 78% YoY menjadi Rp 9,7 triliun dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sekitar 31% YoY menjadi Rp 12,3 triliun.
“Hibank ini kita digital lending-nya masih proses tapi kalau untuk simpanannya sudah mulai,” tambahnya.
Royke menjelaskan salah satu upaya yang akan dilakukan oleh BNI terhadap Hibank ini adalah mengajak beberapa perusahaan untuk bergabung dengan bank digital ini. Harapannya, itu akan membentuk sebuah ekosistem baru.
Menurutnya, ekosistem sangat diperlukan bagi bank digital saat ini. Dengan ekosistem yang besar, Royke berharap Hibank mampu menyalurkan kredit lebih luas lagi dengan karakteristik bank digital yang nilainya kecil-kecil.
“Ini kan sebenarnya salah satu cara untuk melawan pinjol-pinjol (ilegal) yang saat ini marak itu,” tegasnya.
Baca Juga: CNAF Targetkan Penyaluran Pembiayaan Kendaraan Listrik Rp 665 Miliar di 2025
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengungkapkan bahwa bisnis anak usaha memang turut membantu kinerja induk usaha. Oleh karenanya, upaya untuk memperbesar kontribusi bisnis anak usaha pun juga menjadi salah satu strategi bank.
Ia bilang saat ini anak usaha yang mereka miliki yaitu CIMB Niaga Auto Finance dan CIMB Niaga Sekuritas terus memiliki kinerja yang cukup baik. Meski demikian, kontribusi bisnis mereka masih tergolong kecil yaitu 5% hingga 7%.
“Kami harapkan masih bisa tumbuh dan berkontribusi sekitar 8% hingga 10%,” ujarnya singkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News