Reporter: Issa Almawadi | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank-bank milik pemerintah enggan merelakan sang anak usaha syariah dimiliki publik lewat penawaran perdana saham alias initial public offering (IPO). Salah satunya Bank Negara Indonesia (Bank BNI).
BNI lebih memilih skema suntikan modal maupun pencarian investor strategis seperti yang terjadi pada BNI Life. "Penambahan modal sudah diusulkan BNI Syariah. Kami masih meninjau, perlu dibahas kembali," terang Gatot Suwondo, Direktur Utama BNI.
Gatot menuturkan, pihaknya juga terbuka mengembangkan anak usaha dengan partner strategis atau investor lain. Selain memiliki modal kuat, BNI menetapkan sejumlah kriteria khusus bagi calon investor BNI Syariah.
Contohnya, investor baru tersebut memiliki kekuatan yang bisa saling melengkapi kekuatan anak usaha BNI. "Kami bisa saja suntik modal, tapi BNI tetap membuka jika ada partner strategis yang memiliki kemampuan mengembangkan bisnis syariah," jelasnya.
Catatan saja, saat ini BNI Syariah tengah mengajukan permohonan suntikan modal senilai Rp 500 miliar. Jika terealisasi, modal BNI Syariah akan meningkat menjadi Rp 1,5 triliun.
Begitu juga Bank Mandiri tak berencana menawarkan saham anak usahanya, Bank Syariah Mandiri (BSM) di bursa. Padahal, rencana IPO BSM tersebut telah berhembus sejak pertengahan tahun 2012 lalu. "BSM tidak akan IPO tahun ini," tegas Pahala N. Mansury, Direktur Keuangan Mandiri, Senin (13/1).
Menurut Pahala, Bank Mandiri memiliki rencana lain untuk BSM di sepanjang tahun 2014. Ada beberapa skema yang akan ditempuh. Misalnya terkait penambahan modal. "Kami siapkan dalam bentuk suntikan modal, baik langsung melalui Bank Mandiri atau yang lain," tutur Pahala.
Sementara itu, Bank Tabungan Negara (BTN) juga masih jauh dari rencana IPO BTN Syariah. Sebab utama, BTN Syariah masih berstatus unit usaha syariah (UUS).
"Ekonomi belum stabil. Jadi mungkin rencana spin off akan kami tunda dulu tahun ini," ujar Maryono, Direktur Utama BTN. Asal tahu saja, sepanjang tahun 2013 lalu, total aset BTN Syariah telah mencapai rentang Rp 8 triliun - Rp 9 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News