kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Laju pembiayaan properti BNI Syariah lebih kalem


Selasa, 07 Januari 2014 / 15:49 WIB
Laju pembiayaan properti BNI Syariah lebih kalem
ILUSTRASI. Ramalan cuaca besok Selasa (16/8) di Jawa dan Bali dari BMKG cerah hingga hujan sedang. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) berupaya meredam laju kredit properti di tahun lalu. Perbankan kemungkinan mulai merasakan imbasnya di tahun ini.  

Sekadar mengingatkan, September  tahun lalu, BI menyempurnakan aturan pengetatan loan to value (LVT) di bidang properti. Aturan ini mengatur besaran kredit pemilikan rumah (KPR) rumah berstatus inden dimana pencairannya dilakukan secara bertahap serta aturan pemilikan rumah kedua, ketiga dan seterusnya. 

Direktur Bisnis PT Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Imam Teguh Saptono mengungkapkan, dengan pemberlakuan aturan ini, kucuran pembiayaan rumah tahun 2014 tetap tumbuh tapi tak setinggi tahun sebelumnya.

"Tahun 2014 ini pembiayaan di griya BNI Syariah masih akan tumbuh tapi terkoreksi cukup signifikan. Tumbuh 20% tahun ini, dibanding tahun 2013 lalu mencapai 40%," ujar Imam di Jakarta, Selasa (7/1).

Selain itu, penyebab surutnya pertumbuhan pembiayaan sektor properti juga pengaruh tingginya tingkat suku bunga. Imam menambahkan, untuk tetap menjaga pertumbuhan pembiayaan sektor properti, BNI Syariah menggabungkan produk pembiayaan dengan tabungan.

Produk tersebut bernama Tapenas Griya. Menurut Imam, strategi ini akan mampu meraup celah pasar pembiayaan sektor properti. Selain itu, BNI Syariah juga akan masuk ke pembiayaan konstruksi dengan fokus pada developer atau pengembang sektor menengah.

"Kami fokus pada pengembang menengah yang mengembangkan town house dengan skala terbatas. Misalnya pengembang dengan lahan tidak lebih dari 2 hektar dengan maksimal 50 unit rumah," jelas Imam.

Alasan BNI Syariah hanya fokus pada pengembang tingkat menengah ini adalah untuk menyebarkan risiko pembiayaan sektor properti. Apalagi, jumlah pengembang segmen ini lebih banyak.

"Kami ingin kecil-kecil tapi banyak. Sedangkan pengembang besar biasanya juga sudah mempunyai link dengan bank dengan nama besar," ujarnya.

Alasan lain, rumah tipe town house itu merupakan rumah pertama bagi masyarakat. Selain itu, dengan penyebaran risiko melalui pembiayaan developer tingkat menengah ini, perseroan dapat memilih lokasi pembangunan properti yang sesuai dengan preferensi bank.

"Karena umumnya pembiayaan sektor properti kami adalah murabahah yang konsepnya adalah jual beli rumah. Ini adalah peluang bank syariah untuk meningkatkan untung," ucap Imam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×