Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Perlambatan ekonomi yang terjadi sepanjang semester pertama tahun ini membuat sejumlah bank merevisi target penyaluran kreditnya. Hasil survei Bank Indonesia (BI) menyebut, sebanyak 42 bank yang menjadi responden menurunkan target kredit mereka lebih rendah dari survei sebelumnya.
Perlambatan ekonomi mengakibatkan kondisi usaha debitur belum membaik, sehingga permintaan kredit menjadi landai. Di sisi lain, risiko kredit bermasalah atau non performing loan/NPL meningkat. "Ini tidak seperti rencana awal. Kami menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi terakhir, kira-kira kredit bisa tumbuh 10% lah," ujar Tony Turner, Direktur Utama Bank Ekonomi, Selasa (15/9).
Dari sisi pendanaan, sambung dia, likuiditas di pasar masih sangat terkendali. Namun, ia mengakui perlambatan pertumbuhan kredit memang bukan dikarenakan likuiditas yang ketat, melainkan iklim ekonomi. "Likuiditas pasar masih baik," imbuh dia.
Berdasarkan keterangan resmi PT Bank Ekonomi Raharja Tbk, sampai paruh pertama tahun ini, kreditnya mencapai Rp 20,130 triliun atau bertambah Rp 144 miliar ketimbang akhir tahun lalu. Adapun, dari sisi simpanan meningkat 8% menjadi Rp 25,256 triliun.
Asal tahu saja, bank yang terafiliasi dengan HSBC Group ini sebelumnya mengincar mengantongi pertumbuhan kredit setara dengan target industri perbankan. Industri perbankan sendiri mematok pertumbuhan di kisaran 15%-17%, namun kemudian target ini direvisi menjadi hanya 12%-15%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News