Reporter: Galvan Yudistira, Nina Dwiantika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Di awal tahun, bank papan atas membanjiri pasar properti dengan promo bunga murah kredit pemilikan rumah (KPR). Hal ini merupakan strategi andalan untuk mencapai target pertumbuhan KPR di tahun ini.
Sebut saja PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang menawarkan konsumen dengan program bunga KPR sebesar 6,0% fixed selama 2 tahun dan bunga 6,88% maksimal (capping) 3 tahun. Periode bunga KPR single digit ini berakhir pada 28 April 2017.
Kami memperkirakan KPR BCA tumbuh sekitar 8% sampai 10% di tahun ini, kata Suwignyo Budiman, Direktur BCA kepada KONTAN pada akhir pekan lalu.
Dalam menjaring nasabah, BCA juga bekerja sama dengan pengembang atau developer. Felicia Mathelda Simon, Kepala Divisi Bisnis Kredit Konsumer BCA menambahkan, suku bunga KPR 6% tersebut mensyaratkan dana nasabah ditahan sebanyak tiga kali angsuran awal.
Jika nasabah tidak bersedia menyediakan dana ditahan tiga kali angsuran awal, maka bunga yang dikenakan 0,5% lebih tinggi dari program bunga 6,0% dan 6,88%. Perbandingan saja, rata-rata suku bunga dasar kredit (SBDK) KPR BCA saat ini 10%.
Strategi sama juga ditempuh PT Bank Mandiri Tbk. Bank berlogo pita emas ini menawarkan bunga KPR rendah sebesar 6% fixed 1 tahun dan 7%-8% fixed 3 tahun.
Saat ini, rata-rata SBDK KPR Bank Mandiri di kisaran 10,25%. Menurut Tardi, Direktur Konsumer dan Retail Bank Mandiri, bunga KPR rendah membidik nasabah kalangan kelas menengah.
Bank Mandiri menargetkan KPR mampu mencetak pertumbuhan sebesar 15%-20% atau mencapai sekitar Rp 34,49 triliun-Rp 35,99 triliun di tahun 2017. Pada tahun lalu, realisasi KPR Bank Mandiri senilai Rp 29,99 triliun.
Pasar KPR Bank Mandiri ada di kelas menengah dengan ticket size Rp 700 juta-Rp 800 juta, dan kelas atas dengan ticket size Rp 2,5 miliar.
PT Bank Tabungan Negara (BTN) juga memberikan promo bunga mulai dari 8% untuk menggenjot permintaan KPR. Handayani, Direktur Konsumer BTN memperkirakan, tren penyaluran KPR di kuartal I masih lesu.
Awal tahun permintaan KPR BTN masih relatif rendah karena nasabah masih wait and see, ujar Handayani, kepada KONTAN, Sabtu (18/2).
Tahun ini, BTN menargetkan pertumbuhan KPR sebesar 22% secara tahunan. Target ini lebih tinggi dari realisasi pertumbuhan KPR tahun 2016 sebesar 18,43%.
Handayani menambahkan, penyaluran KPR non subsidi BTN diharapkan meraih pertumbuhan sebesar 33%. Sementara kucuran KPR subsidi diharapkan bisa naik lebih dari 17% di 2017. Secara portofolio, porsi KPR subsidi dijaga sebesar 55% dan non subsidi 45%.
Tetap tumbuh
Data uang beredar Bank Indonesia (BI) menunjukkan, kredit properti tumbuh 15% menjadi Rp 731,4 triliun per akhir Desember 2016. Angka pertumbuhan 15% tersebut mengulang pertumbuhan kredit properti pada 2012.
Segmen kredit properti yang tumbuh paling tinggi adalah konstruksi dengan pertumbuhan 24,2%, menjadi Rp 214,3 triliun. Diikuti kredit real estate yang naik 22,2% menjadi Rp 130,8 triliun.
Sedangkan KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) hanya tumbuh 8,1% menjadi Rp 368,3 triliun di 2016. Tahun ini, regulator perbankan memprediksi kredit konsumsi bakal tumbuh tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News