kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bank harus genjot modal dan efisiensi


Jumat, 24 Mei 2013 / 07:33 WIB
Bank harus genjot modal dan efisiensi
ILUSTRASI. Ketahui Manfaat Kaolin Clay untuk Kulit Berminyak di Sini


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Roy Franedya

JAKARTA.  Bank Indonesia (BI) dan bank sentral kawasan Asia Tenggara masih mengkaji standar menjadi bank dengan kualifikasi ASEAN atau Qualified ASEAN Bank (QAB). Tapi, regulator perbankan ini sudah memastikan  permodalan dan efisiensi sebagai kunci utama agar bisa memenuhi kualifikasi ini.

Direktur Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI Agusman, menyampaikan bank yang layak menjadi QAB harus modal tinggi dan efisien. Alasannya, bank-bank besar di ASEAN juga memiliki tingkat efisiensi dan permodalan bagus.

Tengok saja, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM)  dan rasio biaya operasional dibandingkan pendapatan operasional (BOPO) yang rendah.

BI sendiri telah menggeber efisiensi dengan menerapkan beberapa aturan, seperti transparansi suku bunga dasar kredit atawa prime lending rate dan aturan lisensi berjenjang yang memberikan bonus keleluasan ekspansi cabang, jika memiliki NIM dan BOPO rendah.

Agusman menjelaskan, saat ini kualifikasi tersebut sedang dibahas secara intensif. "Jika berdasarkan kategori yang ada, yang bisa menjadi QAB adalah bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4," terang Agusman.

Informasi saja, BUKU 4 merupakan bank bermodal inti minimal Rp 30 triliun. BI mewajibkan bank kelompok ini memiliki BOPO maksimal 65%. Saat ini ada empat bank memenuhi kualifikasi ini. Yakni, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank BNI dan Bank Central Asia.

Direktur Kepatuhan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Anika Faisal, mengatakan permodalan kuat memang kunci utama agar bersaing dengan bank-bank luar negeri. Untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), teknologi dan jaringan membutuhkan permodalan.

Ketua Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas), Sigit Pramono, menambahkan agar kebijakan ini efektif perlu harmonisasi peraturan antar negara ASEAN. Selama ini permodalan minimum di negara ASEAN lebih tinggi dari Indonesia. Ketentuan permodalan perlu mengikuti aturan Bassel, disesuaikan dengan ketentuan internasional.

Ketua Komisi XI DPR, Emir Moeis, menghitung perlu penambahan modal Rp 300 triliun - Rp 450 triliun agar bank mampu bersaing. Modal tersebut untuk berekspansi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×