kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Himbara Pimpin Pasar Perbankan di Indonesia


Jumat, 18 Februari 2022 / 18:22 WIB
Bank Himbara Pimpin Pasar Perbankan di Indonesia
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi melalui ATM salah satu bank Himbara di Jakarta, Kamis (20/1). Bank Himbara Pimpin Pasar Perbankan di Indonesia.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) masih memimpin pasar perbankan di Indonesia. Terlihat dari dominasi bank pelat merah ini baik dari penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).

Tercatat DPK bank pelat merah ini mencapai Rp 3.191,7 triliun, atau 45,78% dari total simpanan industri pada 2021. Nilai itu berasal dari Bank BRI Rp 1.138,7 triliun, Bank Mandiri Rp 1.291,1 triliun, Bank BNI Rp 729,17 triliun dan BTN Rp 295,98 triliun. 

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengungkapkan, beberapa aspek kenapa Bank Himbara mendominasi simpanan perbankan. Pertama, mereka memberikan bunga simpanan yang menarik bagi nasabah. 

"Kedua, penjualan (sales) dan promosinya kenceng dan jumlah sumber daya mereka juga luar biasa banyak dibandingkan yang lain," kata Amin, Jumat (18/2).

Baca Juga: Bank Himbara Dominasi Simpanan Perbankan di Indonesia

Ketiga, memiliki teknologi yang mumpuni untuk mendorong inovasi layanan dan produk secara digital. Dengan begitu, layanan perbankan bisa diakses nasabah dengan cepat dan mudah. 

Dengan berbagai keunggulan tersebut, diperkirakan Bank Himbara masih menjadi pemimpin pasar perbankan untuk beberapa tahun ke depan. Bahkan pertumbuhan bisnis bank - bank tersebut akan melesat dari tahun - tahun sebelumnya. 

Bank BRI misalnya, berhasil menghimpun dana Rp 1.138,7 triliun. Tabungan masih mendominasi simpanan sebesar Rp 497,68 triliun. Kemudian giro Rp 220,59 triliun dan deposito Rp 420,48 triliun. 

Dengan realisasi itu, Bank BRI menargetkan DPK tumbuh 7% - 8% sepanjang 2022. Lantaran, likuiditas BRI masih longgar tercermin dari loan to deposit (LDR) BRI di level 83% saat ini. 

Baca Juga: Bank Pelat Merah Kuasai Pangsa Pasar Kredit Perbankan

“Kita optimis karena semua syarat untuk tumbuh terpenuhi. Pertama likuiditas kita melimpah di 83%. Kedua, pertumbuhan kredit harus ditopang kecukupan kapital, karena setelah rights issue Rp 96 triliun pada tahun lalu,” kata Direktur Utama BRI Sunarso.

Oleh sebab itu, Sunarso melihat secara internal, BRI sudah siap untuk melakukan ekspansi kredit yang lebih optimal di 2022. Sedangkan secara eksternal, daya beli masyarakat meningkat, konsumsi rumah tangga tumbuh, dan ada kecenderungan masyarakat menggunakan tabungan untuk belanja dan investasi.

Tak berbeda, DPK Bank Mandiri ikut tumbuh 12,8% yoy menjadi Rp 1.291,1 triliun pada 2021. Perusahaan menargetkan kredit tahun ini tumbuh di atas 8% dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh dikisaran 8%-10%. 

Direktur Keuangan Bank Mandiri Sigit Prastowo bilang, bank akan berupaya menjaga rasio dana murah dikisaran 73%-75% sehingga biaya dana bisa tetap terjaga rendah. Kemudian fokus pada bisnis wholesale

"kami akan bertumbuh di aset business lending, fokus pada  pengembangan kredit berbasis kewilayahan, akuisisi untuk loan follow transaction. Sedangkan di ritel kami akan fokus pada value chain, fokus pada kewilayahan dan akuisisi  melalui digital channel livin," jelas Sigit.

Bank pelat merah ini optimistis ekspansi bisnis tahun ini akan lebih baik dibandingkan tahun lalu sejalan dengan perkembangan pemulihan ekonomi nasional.  Namun, dalam melakukan ekspansi organik, perseroan akan tetap melakukannya secara prudent.

Baca Juga: Tahun Ini IFG Life Masih Fokus pada Transfer Polis dari Jiwasraya

Sementara dari sisi profitabilitas, Bank Mandiri memproyeksikan margin bunga bersih (NIM) akan berada di atas level 5% tahun ini. Kemudian penyaluran kredit diharapkan bisa tumbuh di atas 8%. 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk juga berhasil kumpulkan DPK mencapai Rp 729,17 triliun atau tumbuh 15,5% yoy pada 2021. Menurut Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan, pencapaian itu membuat likuiditas BNI semakin melimpah. 

"Penghimpunan DPK ini menguat di Kuartal 4 Tahun 2021, meskipun suku bunga simpanan terus menurun," terang  Novita. 

Baca Juga: Begini Target Bisnis IFG Life pada Tahun Ini

Bekal DPK tersebut membuat BNI memiliki cadangan likuiditas yang tangguh dan siap digunakan jika permintaan kredit meningkat atau pasar obligasi berubah menjadi lebih baik tahun 2022. CASA BNI juga masih mendominasi DPK, yaitu terjaga pada level 69,4% dari seluruh DPK. 

"CASA terdongkrak hingga 17,1% yoy menjadi Rp 506,06 triliun. Pertumbuhan dana murah ini mendorong perbaikan Cost of Fund dari 2,6% pada akhir tahun 2020 menjadi 1,6% tahun 2021,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×