Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Jago Tbk (ARTO) menargetkan, mulai melakukan penyaluran kredit secara langsung lewat aplikasi Jago pada tahun 2022. Asal tahu saja, sebagian besar penyaluran kredit Bank Jago sampai saat ini masih dilakukan lewat partnership.
Kharim Siregar, Direktur Utama Bank Jago mengatakan, penyaluran kredit secara langsung lewat aplikasi tidak bisa dilakukan secara langsung jika jaringan nasabah perseroan belum besar.
"Bank Jago mulai lending apps tahun 2022 karena urutannya begitu. Karena untuk masuk lending, kami harus punya customer based yang based untuk bisa bangun analytic data," kata dia di Bali, Kamis (28/10).
Kharim mengatakan, aplikasi Jago hingga saat ini sudah didownload sekitar 1 juta pengguna, di mana hampir 700.000 merupakan pengguna aktif.
Per kuartal III 2021, kredit Bank Jago telah mencapai Rp 3,7 triliun. Jumlah ini meningkat pesat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat Rp 619 miliar.
Baca Juga: Cetak laba bersih di kuartal III, simak rekomendasi saham Bank Jago (ARTO)
Meskipun tumbuh tinggi, namun perlu diketahui bahwa pembandingnya berangkat dari baseline yang rendah. Pasalnya, perseroan pada tahun 2020 masih fokus menyelesaikan transisi dengan perbaikan kualitas aset pasca rampung melakukan perubahan pemegang saham.
Adapun kredit Bank Jago terdiri dari kredit modal kerja sebesar Rp 2,02 triliun, kredit investasi Rp 8,3 miliar, dan kredit konsumsi Rp 1,69 triliun.
Kredit Bank Jago disalurkan secara partnership dengan perusahaan finance dan fintech. Hingga saat ini, perseroan sudah bekerjasama dengan 19 partner seperti BFI Finance, Akulaku, Radana Finance, Modal Rakyat, Otome dan lain-lain.
Adapun rasio kredit bermasalah (NPL) Bank Jago masih terjaga rendah di level 0,59%.
Kharim menambahkan, Bank Jago optimis bisa mencatatkan profit hingga akhir tahun. Pada bulan Juli-September 2021, perseroan sudah mencetak laba bersih Rp 14 miliar. Namun, sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini masih mencatat rugi Rp 32,6 miliar.
Selanjutnya: IHSG masih menghadapi tekanan di perdagangan terakhir Oktober
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News