kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.274   -99,00   -0,60%
  • IDX 7.927   68,06   0,87%
  • KOMPAS100 1.113   9,98   0,90%
  • LQ45 829   6,70   0,81%
  • ISSI 265   0,63   0,24%
  • IDX30 429   3,15   0,74%
  • IDXHIDIV20 497   3,62   0,73%
  • IDX80 125   1,07   0,86%
  • IDXV30 133   1,90   1,45%
  • IDXQ30 139   1,18   0,85%

Kredit Rumah Kian Melambat, Nasabah Tunggu Bank Turunkan Bunga


Senin, 25 Agustus 2025 / 19:24 WIB
Kredit Rumah Kian Melambat, Nasabah Tunggu Bank Turunkan Bunga
ILUSTRASI. Foto udara kompleks perumahan KPR subsidi di Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/8/2025). ANTARA FOTO/Putra M. Akbar/rwa. Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) perbankkan kian konsisten menunjukkan tren perlambatan, ini faktor penyebabnya.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) kian konsisten menunjukkan tren perlambatan. Dalam hal ini, lambatnya bank melakukan penurunan bunga membuat nasabah enggan mengambil kredit untuk memiliki hunian.

Mengacu pada data Bank Indonesia (BI), penyaluran untuk kredit rumah maupun apartemen mengalami pertumbuhan 7,1% secara tahunan (YoY). Di mana, nilai kredit untuk sektor tersebut tercatat mencapai Rp 820,2 triliun.

Ironinya, pertumbuhan tersebut menjadi yang paling lambat sepanjang 2025 berjalan. Bahkan, jika ditarik ke belakang, pertumbuhan pada Juli 2025 menjadi yang terlambat sejak April 2023 yang kala itu tumbuh sekitar 6,8% YoY.

Baca Juga: Digital Lending Bank Raya Tumbuh 79,2% YoY per Juni 2025

Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Ramon Armando mengungkapkan perlambatan itu dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap penurunan bunga kredit, terutama di segmen non-subsidi. Di mana, permintaan terbesar KPR non-subsidi di BTN masih berada di kisaran harga rumah di bawah Rp 500 juta.

Menurutnya, banyak calon debitur memilih menunda pengambilan keputusan sambil menunggu transmisi suku bunga acuan ke bunga KPR yang lebih terasa. Seperti diketahui, BI telah menurunkan bunga acuan sebanyak empat kali pada 2025.

“Sementara itu, perubahan preferensi generasi muda yang cenderung memilih sewa dibandingkan beli, juga memberikan dampak tersendiri,” ujarnya.

Meski demikian, Ramon bilang tren pertumbuhan KPR di BTN saat ini masih menunjukkan arah yang positif, meskipun memang adanya perlambatan di beberapa segmen. Hanya saja, ia menilai ini wajar terjadi mengingat kondisi pasar yang masih dalam proses penyesuaian terhadap tren suku bunga dan dinamika daya beli masyarakat.

“Kami juga terus mendorong pertumbuhan KPR non-subsidi secara selektif dan terukur, sejalan dengan upaya memperkuat kualitas kredit dan manajemen risiko secara keseluruhan,” tambahnya.

Sependapat, EVP Consumer Loan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Welly Yandoko menambahkan bahwa memang faktor suku bunga menjadi pertimbangan utama konsumen dalam mengambil KPR. Artinya, ketika konsumen melihat BI sudah menurunkan bunga acuan alhasil konsumen juga menunggu bank menurunkan bunga kreditnya.

Masalahnya, Welly bilang bank tidak semerta-merta bisa menawarkan bunga murah untuk KPR saat ini. Mengingat, kondisi likuiditas bank-bank yang saat ini cukup ketat dan tingkat NPL yang cenderung meningkat.

“Walaupun BI Rate telah mengalami penurunan beberapa kali, namun perubahan suku bunga kredit tidak serta merta akan langsung mendorong penurunan suku bunga KPR,” ujarnya.

Baca Juga: Perbankan Digital Makin Pacu Penyaluran Digital Lending

Di sisi lain, ia melihat fenomena yang terjadi saat ini adalah adanya perubahan tujuan pembelian properti. Dalam hal ini, ia bilang semakin banyak yang membeli rumah untuk kebutuhan untuk memiliki hunian atau segmen end user, bukan untuk investasi.

Sebagai informasi, per semester I-2025, KPR BCA telah menyalurkan kredit sebesar Rp 137.6 triliun. Capaian tersebut meningkat sebesar 8.4% jika dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk Steffano Ridwan bilang konsumen yang menunggu penurunan suku bunga memang bisa menjadi salah satu alasan lambatnya pertumbuhan KPR. Namun, ia bilang itu bukan menjadi alasan utama.

Menurutnya, kalau bagi orang yang membutuhkan untuk tinggal, kata Steffano, tidak akan menunda pembelian. Tapi untuk yang beli dengan tujuan investasi, ia menilai memang bisa jadi akan menunggu suku bunga yang lebih rendah.

“Penjualan di kami cukup stabil, secara tahunan masih tumbuh sekitar 6%,” tandasnya.

Baca Juga: Saham Bank BRI (BBRI) Pimpin Penguatan Saham Big Banks di Awal Pekan

Selanjutnya: Pro-Palestina, Warga Australia Gelar Aksi Serentak Turun ke Jalan di 40 Kota

Menarik Dibaca: Memasuki Musim Hujan, KAI Sediakan Fasilitas Pengering Payung di 43 Stasiun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×