Reporter: Dyah Megasari |
JAKARTA. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Timur (Bank Jatim) membidik kenaikan dana pihak ketiga (DPK) tahun depan sebesar 20% hingga 22% dari pencapaian tahun ini.
Direktur Utama Bank Jatim, Hadi Sukrianto merinci, sumber likuiditas tersebut akan digenjot dari produk dana murah seperti giro dan tabungan.
"Selama ini komposisi kedua produk tersebut paling besar yakni mencapai 69%. Sisanya adalah deposito," jelas Hadi kepada KONTAN, Rabu (19/12).
Sebagai gambaran saja, hingga September 2012, outstanding DPK bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah tersebut mencapai Rp 26,18 triliun. Nilai tersebut setara dengan 6%-7% total DPK yang ada di Jawa Timur.
Dari likuiditas yang terkumpul, bank yang saat ini memiliki 41 kantor cabang tersebut sudah menyalurkan Rp 17 triliun dalam bentuk kredit.
"Mayoritasnya adalah kredit konsumer dengan porsi 60%. Masuk dalam kredit ini di antaranya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)," tutur Hadi.
Meski kredit konsumer ini sudah mendominasi, Bank Jatim belum berencana menerbitkan kartu kredit dalam waktu dekat ini.
"Bank besar sudah menawarkan kemitraan seperti co-branding, tapi kami masih menjajaki dulu," ungkap Hadi.
Yang jelas, bank yang lahir pada 17 Agustus 1961 di Surabaya ini bakal menggenjot ekspansi di luar Jawa Timur. Di antaranya dengan membuka empat cabang di Jakarta yakni Depok, Tangerang, Bekasi dan Klapa Gading.
Bank Jatim juga belum berencana menerbitkan surat utang atau obligasi untuk mencukupi likuiditas. “Dana penawaran saham perdana kami masih cukup untuk menjaga likuiditas hingga kurang lebih tiga tahun ke depan,” akunya.
Bank yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini berani memasang target penyaluran kredit lebih dari 23%. Alasannya adalah ekonomi Provinsi Jawa Timur yang saat ini tumbuh lebih dari 7%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News