Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
ONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pendapatan non bunga berbasis komisi atau fee based income menjadi salah satu sumber energi untuk mendorong kinerja profitabilitas bank-bank bermodal mini di jajaran KBMI 1 dan 2 di sisa akhir tahun 2024.
PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) misalnya, bank daerah yang berada di jajaran KBMI 2 ini berhasil mencatatkan pendapatan fee based income mencapai Rp 495 miliar sampai dengan November 2024.
Direktur Keuangan,Treasury dan Global Services Bank Jatim, Edi Masrianto menyatakan, penyumbang terbesar pendapatan fee based income Bank Jatim berasal dari kontribusi transaksi e-channel yang mencapai Rp 209 miliar, kemudian diikuti pendapatan komisi dari sektor lending dan pendapatan sektor lainnya.
Baca Juga: Bank Digital Genjot Fee Based Income
Edi menyebut, beberapa upaya yang dilakukan oleh Bank Jatim untuk mendorong fee based income, yakni dengan memaksimalkan layanan pembayaran berbasis QRIS, termasuk pada segmen UMKM, sehingga fee transaksi dapat meningkat.
Meningkatnya transaksi Trade Finance juga menjadi salah satu pendorong pendapatan berbasis komisi Bank Jatim. Begitu juga dengan peningkatan pendapatan dari layanan seperti Letter of Credit (L/C), bank garansi, dan layanan remitansi.
Strategi Bank Jatim untuk mendorong peningkatan non bunga berbasis komisi ini yakni dengan mengembangkan layanan digital, seperti mobile banking dan internet banking dengan berbagai fitur seperti pembayaran tagihan, e-wallet top-up, dan layanan investasi.
Pengembangan ini juga diiringi dengan berbagai promoi untuk mendorong lebih banyak transaksi melalui kanal digital dengan menawarkan cashback, hingga poin reward.
Baca Juga: Airlangga Ungkap Upaya Genjot Belanja Masyarakat di Sisa Akhir Tahun 2024
Bank Jatim juga melakukan ekspansi dengan menggandeng mitra strategis untuk memperluas jaringan merchant yang menerima pembayaran menggunakan kartu debit atau QRIS Bank Jatim. Bank juga memanfaatkan hubungan dengan Pemerintah Daerah Jawa Timur dalam mengelola layanan pembayaran pajak, retribusi, dan pengelolaan keuangan daerah.
"Strategi jangka panjang Bank Jatim untuk mendorong pendapatan non-bunga (fee-based income) perlu disesuaikan dengan dinamika industri keuangan, potensi pasar di Jawa Timur, serta adaptasi teknologi," ungkap Edi kepada Kontan, Minggu (22/12).
Edi menjelaskan, beberapa strategi yang diterapkan ke depannya adalah dengan digitalisasi berbasis inovasi, diversifikasi produk keuangan, optimalisasi jaringan dan ekspansi pasar, edukasi dan literasi keuangan kepada internal dan masyarakat, penyesuaian dengan regulasi dan ESG dalam pengembangan.
Sementara itu bank-bank di jajaran KBMI 1 Seperti PT Bank J Trust Indonesia Tbk, juga terus mendorong pendapatan non bunga berbasis komisi di sisa akhir tahun 2024.
Baca Juga: Bank Besar Catat Pertumbuhan Fee Based Income di Kuartal III-2024, Ini Pendorongnya
Direktur Bisnis PT Bank J Trust Tbk, Hendra Widjaja menyatakan, salah satu segmen layanan yang mendongkrak pendapatan fee based income bank yang dikendalikan investor asal Jepang ini adalah transaksi forex dalam mata uang asing, atau transaksi valas yang melonjak seiring dengan kebutuhan nasabah akan mata uang valas utamanya mata uang Jepang.
"Terakhir terakhir ini terutama untuk valuta asing, paling banyak dari transaksi forex yang meningkat luar biasa. Kam mengandalkan dari cabang cabang yang ada, sehingga voume lebih tinggi dan profit juga lebih tinggi," ungkap Widjaja kepada Kontan.
Widjaja menyebut penyebab melonjaknya transaksi valas tersebut karena banyak orang Indonesia yang ke luar negeri terutama ke Jepang, sehingga ini turut mendongkrak transaksi valas di Bank J Trust Indonesia.
Baca Juga: Transaksi Luar Negeri Naik, Fee Based Income Bank Ikut Terkerek
Jika melihat laporan bulanan Bank J Trust Indonesia sampai Oktober 2024, secara bank only pendapatan non bunga berbasis komisi tercatat mencapai Rp 50,97 miliar, meningkat dari periode tahun lalu Rp 19,79 miliar. Sementara pendapatan non bunga yang berasal dari transaksi valuta asing mencapai Rp 54,48 miliar per Oktober 2024.
Selanjutnya: Harga Aset Kripto Diprediksi Kembali Naik Usai Tertekan Sentimen The Fed
Menarik Dibaca: 4 Manfaat Minum Air Kelapa Hijau Rutin untuk Kesehatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News