kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.904   26,00   0,16%
  • IDX 7.196   54,93   0,77%
  • KOMPAS100 1.105   9,88   0,90%
  • LQ45 877   10,49   1,21%
  • ISSI 221   0,86   0,39%
  • IDX30 448   5,71   1,29%
  • IDXHIDIV20 539   5,02   0,94%
  • IDX80 127   1,32   1,05%
  • IDXV30 134   0,42   0,31%
  • IDXQ30 149   1,50   1,02%

Bank Besar Catat Pertumbuhan Fee Based Income di Kuartal III-2024, Ini Pendorongnya


Rabu, 30 Oktober 2024 / 18:02 WIB
Bank Besar Catat Pertumbuhan Fee Based Income di Kuartal III-2024, Ini Pendorongnya
ILUSTRASI. Pencapaian kinerja laba bersih yang menggembirakan dari bank-bank besar tidak terlepas dari kontribusi pendapatan non bunga.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencapaian kinerja laba bersih yang menggembirakan dari bank-bank besar tidak terlepas dari kontribusi pendapatan non bunga yang salah satunya berasal dari biaya dan komisi atau fee based income. 

Dari deretan bank besar yang telah merilis laporan keuangannya untuk periode kuartal III-2024, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi jawara dengan pendapatan non bunga terbesar mencapai Rp 41,3 triliun atau meningkat 29,8% secara tahunan (year on year/yoy).

Pendapatan non bunga BRI mayoritas disokong oleh fee based income yang tercatat sebesar Rp 17,15 triliun atau meningkat 10,3% yoy.

Baca Juga: Biaya QRIS Ditiadakan, Bank Incar Kenaikan Transaksi

Hal tersebut utamanya didorong dari berbagai layanan digital BRI seperti e-channel yang tumbuh 18,5%, non e-channel tumbuh 30,5%, trade finance yang tumbuh 21,3%, dan layanan insurance yang tumbuh 22,2%.

Direktur utama BRI Sunarso mengatakan, capaian fee based income BRI juga tidak terlepas dari keberhasilan transformasi digital yang dilakukan BRI.

"Melalui super apps BRImo, BRI telah menciptakan solusi perbankan yang terintegrasi dan mudah diakses oleh nasabah kapan saja dan di mana saja," kata Sunarso saat paparan kinerja BRI, Rabu (30/10).

Hingga akhir September 2024 tercatat pengguna BRImo telah mencapai 37,14 juta user dengan volume transaksi mencapai Rp 4.034 triliun atau tumbuh 35,20% yoy.

Melalui pengembangan layanan hybrid bank, BRI juga telah memperluas jangkauan perbankan ke segmen-segmen masyarakat yang sebelumnya tidak terlayani secara optimal, termasuk masyarakat di daerah terpencil melalui AgenBRILink. 

Hal ini sesuai dengan misi BRI untuk mendukung inklusi keuangan nasional serta memperkuat ekonomi kerakyatan melalui konsep sharing economy.

Tercatat hingga akhir September 2024 BRI telah memiliki lebih dari 1,02 juta AgenBRILink yang tersebar di 62.227 desa di seluruh Indonesia. Sepanjang Januari hingga September 2024, agen-agen tersebut berhasil mencatatkan transaksi sebesar Rp 1.170 triliun yang berasal dari 859 juta transaksi finansial.

Baca Juga: Transaksi AgenBRILink Tumbuh 12,81% Jadi Rp 1.037 Triliun Hingga Agustus 2024

"Transformasi digital untuk memberikan dan menjangkau nasabah dengan lebih luas juga dilakukan dengan adanya AgenBRILink yang berkontribusi memberikan fee-based income kepada BRI senilai Rp 1,19 triliun di kuartal III-2024," ungkap Sunarso.

Posisi kedua ditempati oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan pendapatan non bunga mencapai Rp 30,8 triliun atau tumbuh 12,6% yoy pada kuartal III-2024.

Pendapatan non bunga Bank Mandiri salah satunya ditopang oleh fee based income yang menyumbang Rp 12,9 triliun atau tumbuh 13%. Pendapatan dari transaksi e-channel memberikan kontribusi terbesar yang melonjak 20,5% yoy menjadi Rp 3,3 triliun. 

Pencapaian tersebut didukung oleh Super Apps Livin’ by Mandiri yang telah berhasil mencatatkan pertumbuhan pengguna hingga 32% yoy di akhir September 2024 mencapai 27,6 juta. Sementara frekuensi transaksi di Livin’ by Mandiri mencapai 2,8 miliar transaksi atau tumbuh 35% YoY, serta nilai transaksi menembus Rp 2.940 triliun yang tumbuh 25% YoY. Livin’ by Mandiri juga berkontribusi memberikan fee-based income kepada Bank Mandiri sekitar 25% atau mencapai Rp 1,8 triliun di kuartal III-2024.

“Kinerja yang solid ini merupakan hasil dari inovasi berkelanjutan yang terus diluncurkan sepanjang tahun 2024. Kami optimis perluasan ekosistem digital Bank Mandiri akan terus meningkat lewat serangkaian inovasi yang telah dilakukan,” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi. 

Pada periode yang sama, Wholesale Digital Super Platform Kopra by Mandiri, telah berhasil mengelola 943 juta transaksi tumbuh 20% YoY hingga kuartal III 2024 dengan nilai transaksi menembus Rp 16.000 triliun atau tumbuh 15% YoY.

Platform digital super lengkap ini dapat melayani berbagai kebutuhan transaksi di manapun dan kapanpun, untuk berbagai segmen pebisnis, mulai dari korporasi hingga SME dengan jumlah pengguna lebih dari 200.000 per September 2024.

Baca Juga: Pendapatan Non Bunga Jadi Andalan

Darmawan juga mengatakan, Kopra by Mandiri kini telah disempurnakan agar memberikan pengalaman yang jauh lebih baik kepada pengguna, dengan tetap berfokus pada tiga fungsi utamanya yakni Cash Management, Value Chain, dan Trade yang bisa diakses secara single sign-on.

Selanjutnya di posisi ketiga ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatat pendapatan non bunga sebesar Rp 19 triliun atau tumbuh 13,5%.

Adapun pendapatan non bunga BCA mayoritas berasal dari kontribusi fee based income sebesar Rp 13,8 triliun yang tumbuh 7%.

Perolehan pendapatan FBI tersebut ditopang oleh layanan kanal digital, dimana peningkatan total frekuensi transaksi BCA mencapai 21% yoy mencapai 26 miliar pada sembilan bulan pertama tahun 2024.

Frekuensi transaksi mobile banking dan internet banking mencapai 23 miliar, naik 24% yoy. Jumlah nasabah yang menggunakan BCA Mobile mencapai lebih dari 31 juta. Sementara itu, pengguna myBCA tumbuh 8 kali dalam 2 tahun terakhir menjadi lebih dari 6 juta.

“Optimalisasi myBCA terus berjalan secara konsisten melalui perluasan kerja sama serta penambahan berbagai fitur yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Salah satu fitur baru myBCA adalah ‘Proteksi’ yang memungkinkan nasabah membeli asuransi secara mudah dan praktis,"  kata Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga sebesar 12,2% menjadi Rp 11,75 triliun.

Pendapatan non bunga BNI berasal dari fee based income  berbasis komisi dari segmen konsumer tercatat naik 2,8% menjadi Rp 5,23 triliun, yang utamanya ditopang oleh pendapatan dari bisnis kartu dan bancassurance meningkat 3,1% menjadi Rp 1,59 triliun. Adapun fee based income dari ATM dan e-channel berkontribusi Rp 1,13 triliun atau meningkat 5%.

Sedangkan pendapatan non bunga BNI dari business banking berkontribusi Rp 6,28 triliun, atau meningkat 21%. Utamanya ditopang dari komisi investasi saham, kustodi, dan lainnya sebesar Rp 2,29 triliun atau meningkat 21,8%, dan ditopang dari FX Trading, revaluasi & derivative mencapai Rp 1,04 triliun, dan surat berharga yang diperjualbelikan mencapai Rp 1,27 triliun meningkat 49,6%.

"Pertumbuhan fee based income juga didorong oleh pendapatan loan recovery, trade finance dan transaksi pembayaran melalui aplikasi Wondr by BNI yang terus meningkat," ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×