Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, PT Bank Mandiri Tbk berencana untuk menerbitkan instrumen utang dengan nilai maksimal Rp 40 triliun. Dana tersebut nantinya bakal dipakai untuk memacu pertumbuhan kredit perusahaan termasuk dalam valuta asing (valas).
Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, Bank Mandiri akan tetap memenuhi permintaan kredit dalam mata uang valas di tahun ini. Atas hal itu, bank berlogo pita emas ini menyebut akan menerbitkan instrumen utang berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) maksimal sebesar US$ 2 miliar.
"Dana ini bisa melalui penerbitan obligasi, sertifikat deposito (Negoitable Certificate Deposit/NCD), Surat Utang Jangka Menengah (MTN) dan pinjaman bilateral," ujar Panji di Jakarta, Senin (7/1).
Sedangkan untuk pendanaan berdenominasi rupiah, kata Panji, Mandiri akan menerbitkan surat utang jangka menengah (Medium Term Notes/MTN) atau pinjaman bilateral dengan nilai Rp 10 triliun. "Jadi kombinasi tahun ini total keseluruhan Rp 40 triliun untuk 2019 saja," sambung Panji.
Di luar pendanaan non-konvensional itu, Mandiri juga menargetkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 2019 dapat mencapai 10% setelah sempat sempat loyo di 2018 alias hanya tumbuh 8%.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan tahun ini tantangan perbankan Indonesia masih berupa kondisi likuiditas. Mandiri juga ingin menggenjot kredit valas pada tahun ini. Dus, penerbitan surat utang berdenominasi valas dinilai penting bagi perusahaan guna memenuhi kebutuhan pendanaan kredit valas.
"Memang pendanaan dalam negeri itu tidak stabil. Kalau andalkan kepada giro valas dalam negeri memang murah, tapi sangat fluktuatif, jadi kadang naik kadang turun. Oleh karena itu kita akan lakukan lebih banyak pendanaan jangka panjang," kata Tiko, sapaan akrab Kartika.
Asal tahu saja, bank bersandi emiten BMRI ini mengincar pertumbuhan kredit sebesar 13% tahun ini. Pada tahun lalu Tiko menyebut pertumbuhan kredit Bank Mandiri ada di kisaran 12%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News