Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk menegaskan pihaknya tidak memiliki kendala dari sisi likuiditas. Hal ini disebabkan oleh masih stabilnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perusahaan. Tercatat sampai dengan akhir September 2019 total DPK Bank Mandiri mencapai Rp 891,2 triliun, meningkat 7,2% secara year on year (yoy).
Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan pertumbuhan tersebut masih ditopang oleh dana murah. Salah satunya portofolio pada giro rupiah yang naik 18,1% secara yoy menjadi Rp 153,1 triliun.
Baca Juga: Laba Bank Mandiri naik dua digit jadi Rp 20,3 triliun di kuartal III, ini resepnya
Meski begitu, pertumbuhan DPK perseroan tetap tidak terlepas dari peningkatan dari sisi deposito rupiah yang naik 8,6% yoy menjadi Rp 227,7 triliun dan tabungan yang naik 3% yoy menjadi Rp 274,7 triliun.
Secara total, pada kuartal III 2019 pengumpulan dana murah perseroan tercatat mencapai Rp 567,5 triliun. Pertumbuhan ini bertumpu pada penghimpunan tabungan sebesar Rp 302,9 triliun atau tumbuh 2,3% yoy, dan giro yang mencapai sebesar Rp 214,1 triliun atau tumbuh 9,2% yoy.
Kontribusi Dana Pihak Ketiga (DPK) Perusahaan Anak juga terus membaik. Pada periode ini, kontribusi DPK perusahaan anak mencapai Rp 107,3 triliun atau tumbuh 13,5% secara tahunan.
"Terkait DPK persaingan memang ketat tapi kami masih tetap tumbuh 7,2% secara yoy," ujarnya di Jakarta, Senin (28/10).
Baca Juga: Naik 13%, Bank BCA raup laba Rp 20,9 triliun hingga kuartal III 2019
Sebagai bagian dari upaya peningkatan DPK, Bank Mandiri juga terus meningkatkan kualitas layanan bagi nasabah yang diwujudkan melalui kemudahan bertransaksi lewat jaringan online dengan nilai transaksi e-channel mencapai Rp 560 triliun tumbuh 6,7% yoy serta didukung 31,7 juta registered e-channel user yang tumbuh 10% yoy.
Tercatat, Mandiri Online kini telah memiliki 2,77 juta pengguna aktif. Saat ini Bank Mandiri bersinergi dengan beberapa BUMN telah memiliki aplikasi pembayaran berbasis mobile dan QR, LinkAja, yang diharapkan dapat menjadi national champion pembayaran digital.
Panji menambahkan dari sisi rasio intermediasi makroprudensial (RIM), Bank Mandiri juga masih stabil di level 91,72% dan menurun sebesar 1,05% secara yoy.
Baca Juga: Juni 2020, BCA bakal luncurkan Bank Royal sebagai bank digital
Secara terpisah, Direktur Tresury and International Banking Darmawan Junaidi menambahkan likuiditas di Bank Mandiri masih cenderung stabil, terutama setelah Bank Indonesia (BI) melakukan pendalaman pasar dengan membuka ruang untuk repo bagi perbankan yang memiliki penyangga likuiditas dalam bentuk surat berharga.
"Kami juga bisa memanfaatkan value chain nasabah wholesale Bank Mandiri untuk mendorong transaksi dan tentunya pendanaan," katanya.
Selain itu, dengan telah diturunkannya bunga acuan BI 7 days reverse repo rate (7DRRR) sebanyak 100 basis poin diharapkan bakal membuat persaingan perebutan dana di pasar menjadi reda. "Walaupun sebenarnya kami tidak berebut mencari deposito waktu likuiditas ketat," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News