kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank masih setengah hati turunkan suku bunga, ini kata bankir, regulator dan ekonom


Minggu, 28 Februari 2021 / 15:55 WIB
Bank masih setengah hati turunkan suku bunga, ini kata bankir, regulator dan ekonom
ILUSTRASI. Bank Indonesia. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju suku bunga kredit perbankan belum melandai sesuai dengan harapan Bank Sentral. Sebabnya, BI sejak Juni 2019 lalu sudah memangkas bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRRR) sebesar 225 basis poin ke level 3,5%. Namun, bunga kredit perbankan masih cukup jumbo. 

Menurut riset dan analisis BI, sejak bulan Juni 2019 penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan secara rata-rata baru turun 116 bps. Hal ini menyebabkan spread SBDK terhadap BI7DRR cenderung melebar dari sebesar 5,27% pada Juni 2019 menjadi sebesar 6,36% pada Desember 2020. 

Masih dari riset yang sama, bila dilihat dari kelompok banknya, SBDK Bank BUMN justru lebih kaku dibandingkan kelompok bank lainnya. Justru, SBDK Kantor Cabang Bank Asing (KBCA) yang secara catatan paling responsif terhadap penurunan suku bunga kebijakan BI. 

Malah, SBDK bank BUMN ada per Desember 2020 lalu ada di level 10,79% baru turun 88 bps dari posisi Juni 2019 11,67% paling rendah dibandingkan kelompok bank lain. Sementara untuk Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar 9,8% turun dari 70 bps sejak Juni 2019. Kemudian Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) mencapai 9,67% turun 120 bps. Sedangkan KCBA memiliki SBDK paling rendah menyentuh 6,17% atau sudah turun 290 bps. 

Baca Juga: Ini strategi perbankan mengelola dana pihak ketiga (DPK) pada tahun ini

Bank pelat merah pun angkat bicara mengenai hal tersebut. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mengatakan, pihaknya telah melakukan transmisi suku bunga kredit, sejalan dengan bunga acuan BI. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menjelaskan, sepanjang tahun 2020 lalu pihaknya sudah memangkas 75 bps sampai 150 bps bunga kredit secara rata-rata. "Bahkan, khusus untuk restrukturisasi keringanan suku bunga, BRI menurunkan antar 300 bps sampai 500 bps," terangnya kepada Kontan.co.id, Minggu (28/2). 

Dia melanjutkan, penurunan SBDK terbesar di BRI saat ini terjadi pada segmen mikro dan konsumer (non KPR). Penurunan suku bunga ini salah satunya disebabkan oleh penurunan biaya dana (cost of fund/COF) dimana hingga akhir Desember 2020 COF BRI tercatat sebesar 3,22% atau turun sebanyak 36 basis poin dibandingkan dengan COF BRI pada akhir Desember 2019. 

Paham akan maksud bank sentral, BRI mengatakan pihaknya akan mengkaji suku bunga secara berkala sambil membuka ruang penurunan suku bunga. "Tahun ini kami proyeksikan akan dilakukan penurunan suku bunga mengikuti penurunan BI 7 Days Repo Rate," imbuhnya. 

Namun, Aestika juga menggarisbawahi untuk meningkatkan pertumbuhan kredit, penurunan suku bunga pinjaman bukan menjadi satu-satunya variabel. Berdasarkan perhitungan model ekonometrika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. 

Oleh karenanya BRI berkomitmen untuk terus menjadi mitra strategis pemerintah dalam kaitannya dalam penyaluran berbagai stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan tujuan meningkatkan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat yang pada ujungnya diharapkan mampu mengerek demand kredit nasional.

Seirama, Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraeni menjelaskan bahwa penurunan suku bunga memang sudah dilakukan perusahaan. Namun, sama seperti BRI, pihaknya juga sepakat kalau rendahnya suku bunga bukan menjadi jaminan pertumbuhan kredit. Beberapa upaya lain yang perlu dipastikan menguat adalah tingkat kepercayaan konsumen dan peningkatan daya beli masyarakat. Jadi, peningkatan kredit merupakan efek dari kombinasi ketiga hal itu. 

Pun, bank berlogo 46 ini mengatakan sejatinya penurunan bunga juga bergantung pada faktor risiko. Artinya, tingkat bunga setiap debitur bisa saja berbeda, tergantung pada kondisi atau tingkat risiko masing-masing debitur. "BNI akan terus menganalisa perkembangan akumulasi faktor-faktor pembentuk risiko yang tentunya akan mempengaruhi suku bunga," kata Novita. 

Sebagai informasi saja, berdasarkan data SBDK BNI per Januari 2021 bunga paling rendah ada di segmen korporasi dan ritel sebesar 9,8%. Bila dibandingkan dengan periode Januari 2020 posisi itu baru turun sekitar 15 bps. Namun, dalam paparannya beberapa waktu lalu, BNI menyebut pihaknya sudah memangkas bunga kredit secara rata-rata sebanyak 15 sampai 55 bps di tahun 2020.

Berbicara soal bunga kredit, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pekan lalu mengatakan pihaknya akan  mengupayakan suku bunga kredit perbankan untuk terus turun secara selektif dan berhati-hati agar tidak menimbulkan persoalan baru di industri perbankan. Tentunya, dalam rangka upaya mendorong pemulihan ekonomi.

Menurut OJK, pihaknya sudah sebenarnya sudah berhasil mendorong perbankan menurunkan suku bunga kredit produktif yang sudah terus turun sejak tahun 2016 menjadi di bawah 10%. Menurut catatan OJK, suku bunga kredit modal kerja turun mulai Mei 2016 dari 11,74% menjadi 9,27% di Januari 2021. 

Suku bunga kredit investasi posisi Mei 2016 di 11,42% turun menjadi 8,83% di Januari 2021. Sementara suku bunga kredit konsumsi sudah turun dari Mei 2016 di posisi 13,74% menjadi 10,95% di Januari 2021.

Sementara itu, dari kacamata Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede ada beberapa faktor mendasar yang memicu bank untuk menurunkan bunga. Pertama, tingkat biaya dana alias kondisi likuiditas perbankan.Kedua, overshead margin cost perbankan dan ketiga risk premium yang mengindikasikan risiko kredit perbankan. 

"Penurunan suku bunga kredit dalam 2 tahun terakhir ini dipengaruhi oleh penurunan cost of fund yang terindikasi dari tren penurunan suku bunga acuan BI serta kondisi likuiditas perbankan yang mang-enable," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (26/2). Walau saat ini penurunan bunga belum sesuai harapan BI, Josua memandang trennya akan cenderung berlanjut. 

Selanjutnya: Pasar saham prospektif, ETF punya potensi kinerja yang menjanjikan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×