Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Bank Maybank Indonesia Tbk tercatat stabil hingga kuartal III 2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih konsolidasi perseroan atau laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke entitas mencapai Rp 1,06 triliun.
Stabilnya kinerja itu sejalan dengan loan yield yang lebih rendah akibat persaingan ketat penyaluran kredit, sehingga berimbas kepada pendapatan bunga (interest income) yang menurun.
Di lain sisi, Bank mencatat provisi yang lebih rendah disebabkan oleh membaiknya kualitas kredit serta biaya dana (cost of funds), dan biaya overhead yang terkendali.
Seiring dengan menurunnya biaya dana, Bank mencatat Marjin Bunga Bersih (Net Interest Margin/NIM) menguat 2 basis poin menjadi 4,8% pada September 2022. Sedangkan pendapatan non bunga di luar pendapatan fees Global Market sebesar Rp 1,23 triliun yang bersumber daripada pendapatan fee terkait bisnis pembiayaan dan ritel, serta anak perusahaan.
Baca Juga: Saham Bank Besar dan Lapis Kedua Punya Nasib Berbeda, Pilih Mana?
Sedangkan fees terkait Global Market mengalami penurunan sebesar 63,7% disebabkan oleh dinamika suku bunga global dan volatilitas pasar yang menyebabkan pendapatan fee-based turun 10,4% YoY.
Seiring dengan aktivitas perdagangan serta bisnis yang terus bergerak naik pada sembilan bulan pertama 2022 telah mendorong permintaan akan pembiayaan, terutama bagi perusahaan berskala besar dan korporasi, serta ritel sehubungan dengan membaiknya tingkat konsumsi masyarakat.
Ada pun faktor-faktor eksternal tersebut telah berkontribusi kepada total pembiayaan Bank yang tumbuh signifikan sebesar 12,8% menjadi Rp111,45 triliun.
Kredit segmen Global Banking telah mencatat pertumbuhan pesat sebesar 25,0% menjadi Rp45,63 triliun dari Rp36,50 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya guna mendukung berbagai proyek pembangunan dan ekspansi bisnis, di antaranya, sektor infrastruktur, manufaktur, serta perdagangan global.
Kemudian, kredit segmen Community Financial Services (CFS) terdiri dari kredit Ritel dan Non-ritel tumbuh 5,7% menjadi Rp65,81 triliun dari Rp62,29 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kredit segmen Retail Small and Medium Enterprises (RSME) tumbuh 5,7% menjadi Rp12,76 triliun dari Rp12,07 triliun. Sementara, bagi usaha segmen Small and Medium Enterprises dengan segmentasi plafon kredit lebih besar (atau disebut sebagai SME+ oleh Bank) tumbuh 1,3% menjadi Rp5,08 triliun dari Rp5,01 triliun seiring dengan aktivitas bisnis dan perdagangan yang kembali normal.
Baca Juga: Maybank Indonesia Bakal Salurkan Sustainabilty Financing Hingga Rp 70 Triliun di 2025
Bank terus melakukan upaya rebalancing terhadap portofolio pembiayaan khususnya segmen non-ritel dengan berfokus pada penyaluran kredit agar kredit tersebut dapat bermanfaat bagi kelangsungan usaha nasabah. Dengan demikian kredit non-ritel segmen Business Banking mengalami penurunan sebesar 14,9%, di mana hal ini berimbas kepada total kredit segmen CFS Non-ritel yang turun 3,6% Y-o-Y.
Sehubungan dengan meningkatnya daya beli masyarakat, total kredit segmen CFS Ritel (konsolidasian) tumbuh 13,8% menjadi Rp37,74 triliun dari Rp33,18 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Bisnis kartu kredit dan Kredit Tanpa Agunan (KTA) tumbuh 12,5% menjadi Rp2,83 triliun dari Rp2,51 triliun, diikuti pembiayaan otomotif anak perusahaan yang tumbuh 20,0% menjadi Rp18,33 triliun dari Rp15,27 triliun.
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 8,2% menjadi Rp16,03 triliun dari Rp14,82 triliun tahun lalu, dan segmen tersebut masih terus menunjukkan pertumbuhan sejak awal 2022.
Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria, menjelaskan capaian tersebut seiring dengan perekonomian Indonesia yang terus membaik, meskipun dibayangi volatilitas pasar global.
“Maybank Indonesia tetap berfokus pada strategi pertumbuhan yang telah berkontribusi kepada profitabilitas Bank. Kami akan tetap disiplin dalam menjaga likuiditas dan permodalan,” kata Taswin dalam keterangan resminya, Jumat (28/10).
Di saat yang sama, kata Taswin, pihaknya melanjutkan upaya untuk mendorong pertumbuhan bisnis melalui peningkatan produktivitas di seluruh segmen bisnis utama kami, serta transformasi digital guna meningkatkan ketangkasan organisasi Maybank Indonesia dalam menghadapi perubahan, tantangan serta peluang di seluruh kegiatan operasional maupun bisnis kami ke depan.
Baca Juga: Bank Maybank Terbitkan Obligasi Rp 1 Triliun dengan Kupon 3,8% -6,8%
Presiden Komisaris Maybank Indonesia, Dato' Khairussaleh Ramli, menyampaikan bahwa Maybank Indonesia terus menunjukkan kemampuannya dalam mempertahankan posisi dan mengembangkan peluang pertumbuhan pasca pandemi dengan membukukan kredit yang bertumbuh kuat, khususnya pada segmen-segmen utama Bank selama sembilan bulan pertama 2022.
“Indonesia merupakan pasar yang besar dengan peluang pertumbuhan yang luar biasa, dan kami melihat adanya pergerakan untuk bertumbuh. Dengan potensi pertumbuhan Indonesia, dan fundamental Bank yang kuat, serta manajemen risiko yang efektif, saya berkeyakinan bahwa Maybank Indonesia akan mampu menghadapi tantangan pasar di masa yang akan datang.” ujarnya.
Total simpanan nasabah tumbuh 5,0% menjadi Rp107,00 triliun dari Rp 101,88 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. CASA Bank tumbuh 21,6% didukung Giro yang tumbuh 33,9% menjadi Rp32,44 triliun dari Rp24,24 triliun sementara Tabungan naik 7,6% menjadi Rp22,93 triliun dari Rp21,31 triliun tahun lalu.
Simpanan berjangka (time deposits) turun 8,4% menjadi Rp51,63 triliun dari Rp56,34 triliun tahun lalu. Hal ini sejalan dengan strategi Bank untuk terus memperkuat likuiditas melalui simpanan berbiaya rendah, dan mengandalkan layanan digital untuk menghimpun simpanan nasabah. Alhasil, rasio CASA Bank terus membaik dan tercatat menguat sebesar 51,8% pada September 2022 dari 44,7% pada September 2021.
Di tengah prospek ekonomi yang membaik, Bank mencatat penurunan beban provisi sebesar 23,1% menjadi Rp818 miliar didukung upaya Bank dalam melakukan restrukturisasi, khususnya pada kredit nasabah yang terdampak pandemi.
Bank mencatat rasio Non Performing Loan (NPL) konsolidasi secara gross membaik menjadi 3,5% (gross) dari 4,6% pada September 2021.
Di tengah kegiatan bisnis yang terus berangsur normal, Bank mencatat biaya overhead tetap terkendali sebesar Rp4,33 triliun. Bank tetap disiplin dalam menerapkan kebijakan pengelolaan biaya secara berkelanjutan di seluruh organisasi maupun di dalam kegiatan usahanya, agar setiap biaya yang dikeluarkan dapat meningkatkan pendapatan Bank.
Posisi likuiditas Bank tetap kuat dengan rasio Kredit terhadap Simpanan/Loan to Deposit Ratio (LDR Bank saja) berada di posisi yang sehat pada level 90,2%. Sementara, Rasio Kewajiban Pemenuhan Kecukupan Likuiditas/Liquidity Coverage Ratio (LCR Bank saja) tercatat 176,9% pada September 2022.
Rasio Kecukupan Modal/Capital Adequacy Ratio (CAR) tetap kuat sebesar 24,7% pada September 2022, dengan total modal Bank sebesar Rp28,02 triliun pada September 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News