Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Awal tahun 2016, industri perbankan mengalami perlambatan kredit usaha kecil dan menengah (UKM). Pasalnya, suku bunga kredit UKM lebih tinggi dibandingkan penawaran suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) sebesar 9%. Bunga yang rendah ini menarik debitur berbondong-bondong pinjam KUR.
Direktur Mikro dan Bisnis UKM PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Mohammad Irfan menyampaikan, untuk segmen kecil dan menengah tercatat tidak tumbuh atau flat di kuartal I-2016. Sebab, debitur beralih ke pinjaman KUR untuk mikro dan ritel. “Kredit kecil dan menengah tidak tumbuh,” ucapnya, Rabu (6/4).
Sedangkan, kredit mikro masih naik. Kredit mikro mencatat pertumbuhan 20% atau senilai Rp 188,5 triliun pada kuartal I-2016 dibandingkan periode yang dama tahun lalu sejumlah Rp 157,5 triliun. Secara keseluruhan kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tumbuh 12% per kuartal I-2016.
Ke depan, bank berplat merah ini membidik pertumbuhan kredit UMKM sebesar 14% di tahun 2016. Adapun, segmen mikro masih akan menjadi sasaran target bisnis, sementara kredit kecil dan menengah masih akan melambat, karena BRI juga akan menjaga rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
Sementara, Direktur Mikro dan Bisnis PT Bank Mandiri Tbk Tardi menuturkan, kredit kecil dan menengah melambat pada kuartal I-2016, karena permintaan kredit memang tidak besar karena usaha belum kencang di awal tahun.
“Kredit kecil dan menengah akan naik di bulan Maret dan seterusnya,” ucapnya. Bank berlogo pita emas ini menargetkan pertumbuhan UMKM tumbuh 10%-13% pada tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
