Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pelemahan rupiah tak hanya berdampak buruk terhadap eksportir dan importir. Bank juga kena getah dari kurs rupiah yang melempem. Beberapa bank mulai menyusun strategi bisnis untuk mengantisipasi dampak penurunan rupiah.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk Sofyan Basir mengaku, sejauh ini penurunan kurs rupiah belum berdampak besar ke BRI. Penyebabnya, aset valuta asing BRI tidak terlampau besar. Jadi, "Rupiah tak berdampak sekali pada BRI," ujarnya, kemarin.
Sofyan bilang, kredit valas BRI kebanyakan untuk pembiayaan ekspor sehingga melemahnya rupiah tak memukul debitur. "Justru mereka yang ingin dolar naik supaya ada tambahan pendapatan saat harga komoditas sedang turun," katanya.
Meski belum terpengaruh, BRI sudah mengambil ancang-ancang untuk mengantisipasi anjloknya nilai tukar rupiah. Bank ini, misalnya, mulai mengembangkan sistem prioritas kredit berdasarkan sektor.
Kata Sofyan, BRI akan memperbesar kredit untuk kegiatan ekspor. Namun bank ini akan memilah-milah negara tujuan ekspor dari si debitur. "Kalau ke Timur Tengah kami biayai. Kalau ke Amerika Serikat, tahan dulu," ujar Sofyan.
BRI juga akan memperbesar kredit ke usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sementara, "Kredit konsumsi mulai kami rem. Kredit ke komoditas yang lampu kuning juga kami tahan," kata Sofyan.
Sementara Direktur Utama Bank Swadesi Lisawati mengaku sudah mengantisipasi pelemahan kurs rupiah sejak awal. Untuk kredit valas, bank ini menerapkan perjanjian kredit yang ketat dengan nasabahnya.
Caranya? Mereka memberlakukan cut loss dalam perjanjian kredit. "Misalnya, kalau dolar menguat hingga 20%, maka kredit akan kami negosiasi ulang," katanya.
Lisawati mengaku, aset valas Bank Swadesi tidak terlalu besar. "Masih dalam batas toleransi, sesuai dengan kemampuan likuiditas kami," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News