Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memenuhi janji menurunkan setoran Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan. Bank kini hanya wajib menyetor 3% dari total dana pihak ketiga (DPK) valuta asing (valas) untuk memenuhi GWM valas. Sementara setoran GWM dalam rupiah juga menciut dari semula 9,08% menjadi 7,5% dari DPK.
Beleid resmi penurunan GWM itu bertajuk Peraturan BI Nomor 10/19/PBI/2008 tentang GWM Bank Umum BI dalam Rupiah dan Valuta Asing yang terbit 14 Oktober 2008. Namun beleid ini baru berlaku 24 Oktober 2008 nanti. Khusus untuk GWM valas, aturan baru berlaku surut mulai 13 Oktober 2008.
Penurunan setoran wajib GWM ini tentu menjadikan likuiditas yang tersedia di bank makin berlimpah. PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk. mengaku perubahan perhitungan GWM rupiah maupun valas memperbanyak likuiditas yang tersedia hingga Rp 2 triliun. "Secara industri, bisa lebih dari Rp 15 triliun uang yang kembali ke sistem perbankan," kata Direktur Utama BRI Sofyan Baasyir, kemarin (15/10).
BRI sendiri, kata Sofyan, akan memakai dana yang dihemat dari setoran GWM itu untuk mengisi likuiditas. Misalnya guna memenuhi kebutuhan transaksi harian dan pembayaran dana nasabah. "Kami tak memakai kelebihan dana sebagai sumber kredit," tuturnya.
Sementara Direktur Treasury dan Internasional PT Bank BNI Tbk Bien Subiantoro bilang, dari GWM valas saja, BNI bisa menghemat setoran sekitar US$ 40 juta sampai US$ 50 juta. BNI akan memakai dana ini untuk menambah pendanaan kredit. Bank ini memang lumayan kencang menyalurkan kredit valas. Buktinya loan to deposit ratio (LDR) valas BNI sampai 75%.
Sampai akhir tahun ini, BNI menargetkan pertumbuhan kredit valas hingga 10%. "Sejak awal tahun, kami sudah antisipasi likuiditas valas bakal berat atau sulit," kata Bien.
Pengaman likuiditas
Bank NISP juga bisa melakukan penghematan dalam jumlah besar dari penurunan GWM ini. Dari GWM valas, misalnya, bank NISP bisa menghemat sampai sebesar US$ 12 juta.
Kepala Divisi Treasury Bank NISP Suriyanto Chang mengatakan, dengan aturan GWM lama NISP harus menyetor GWM valas sebesar US$ 18 juta. Sekarang ini, NISP hanya perlu menyetor US$ 6 juta.
Meskipun berhemat cukup banyak, bank ini belum akan buru-buru menggunakan dana yang tersedia. "Ekspansi kredit valas kami tidak begitu besar," kata Suriyanto.
Apalagi, di saat perekonomian global masih tidak menentu, Bank NISP memilih untuk tidak agresif memburu kredit valas. Alhasil, dana ini dipakai untuk pengamanan likuiditas valas di Bank NISP. Sampai saat ini, Bank NISP masih mengutamakan kredit rupiah. "Penyaluran kredit dalam bentuk rupiah ini memakan porsi 70%," imbuh Suriyanto.
Sementara Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk Jahja Setiatmadja mengaku, BCA bisa berhemat sebesar US$ 34 juta dari penurunan GWM valas. Dana penghematan dari penurunan GWM ini tidak akan disalurkan langsung pada kredit.
Soalnya, cadangan valas BCA sekarang masih cukup tinggi, mencapai US$ 250 juta. "Sementara untuk dana cadangan saja ditempatkan untuk antarbank agar siap digunakan bilamana perlu," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News