Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam kondisi pandemi Covid-19, laju pertumbuhan kredit cukup tertekan. Lihat saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan pada bulan Mei 2020 menunjukkan kredit hanya tumbuh sebesar 3,05% secara year on year (yoy).
Bila dirunut, pertumbuhan kredit ini lebih rendah dari periode Desember 2019 lalu yang sempat naik 6,08% dan posisi April 2019 yang meningkat 5,73%. Lebih lanjut, beberapa lembaga dan analis pun memproyeksi pertumbuhan kredit memang tidak akan deras tahun ini.
Baca Juga: Ini yang perlu disiapkan bank untuk ajukan penempatan dana LPS
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) misalnya di awal kuartal II 2020 lalu memperkirakan kredit paling optimis bisa tumbuh 2% di 2020. Lalu, Bank Indonesia (BI) lewat Survei Perbankan kuartal III-2020 nya menyebut rata-rata responden dalam survei tersebut kredit secara keseluruhan di tahun 2020 hanya akan sebesar 2,5% yoy saja.
Kemudian, Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto juga memprediksi kredit maksimal akan tumbuh 2%-3%. Bahkan, kredit bisa saja tumbuh di bawah angka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Hampir bisa dipastikan, kredit tahun ini akan ditopang oleh bank besar yang masih punya peluang dan likuiditas untuk mendorong ekspansi. Apalagi, Pemerintah telah memberikan stimulus berupa penempatan uang negara ke empat bank Himbara sebesar Rp 30 triliun.
Rinciannya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Mandiri Tbk masing-masing mendapat dana Rp 10 triliun. Kemudian, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) memperoleh masing-masing Rp 5 triliun. Dari jumlah tersebut, bank yang tergabung dalam Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) ini berkomitmen akan mampu menyalurkan tiga kali lipat dari nilai dana yang diberikan alias secara total Rp 60 triliun.
Baca Juga: Sabar, beleid penempatan dana LPS masih belum terbit
Tentunya, dana ini akan disalurkan ke sektor produktif dan sesuai dengan karakteristik masing-masing bank dalam periode enam bulan ke depan.
Tentunya, bank Himbara bukan menjadi satu-satunya penopang kredit tahun ini. Masih ada beberapa bank besar milik swasta yang punya potensi untuk tumbuh. Tapi kelihatannya, bank swasta pada umumnya memilih untuk berhati-hati dalam menyalurkan kredit.
Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk Vera Eve Lim mengatakan, ekspansi kredit BCA di paruh kedua tahun ini rencananya akan fokus pada segmen-segman dasar dan berpeluang tumbuh selama pandemi. "Seperti sektor pangan, infrastruktur, pegadaian, kelistrikan dan lainnya," kata Vera kepada Kontan.co.id, Senin (20/7).
Namun, bank swasta terbesar di Tanah Air ini tidak mematok pertumbuhan kredit, alias lebih konservatif. Sebab, di tengah situasi yang serba tidak pasti Vera menjelaskan BCA akan sangat selektif menyalurkan kredit dengan tetap memperhatikan posisi kualitas kredit.
Baca Juga: Bank kecil di China bergegas meningkatkan permodalan, ada apa?
Asal tahu saja, pada kuartal I 2020 lalu BCA masih mampu mencatat kenaikan kredit 12,3% secara yoy menjadi Rp 612,2 triliun. Pendorongnya mayoritas berasal dari segmen korporasi yang tumbuh 25,4% yoy. Sedangkan kredit komersial dan UKM naik satu digit masing-masing 5% dan 3%.
Pun, pertumbuhan kredit BCA sejauh ini memang masih positif, walau sudah lebih lambat. Merujuk laporan keuangan bulanan pada Mei 2020 kredit BCA tumbuh sekitar 7,23% secara tahunan menjadi Rp 595,02 triliun.
Mengutip pernyataan Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja belum lama ini, pihaknya memang tidak akan ngotot mendorong kredit. Kendati Pemerintah telah memberikan stimulus berupa penjaminan kredit ke segmen UMKM lewat peneribtan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 71/2020. “Tidak ada target penyaluran kreditnya, situasi pandemi seperti ini sulit membaca kecepatan pemulihan ekonomi,” kata Jahja.
Sementara itu, bank besar swasta lainnya yakni PT Bank Panin Tbk justru mengungkap tidak menjadikan penyaluran kredit sebagai prioritas utama di tahun ini. Alasannya, Direktur Utama Bank Panin Herwidayatmo menganggap kesehatan bank dan kualitas kredit menjadi hal terpenting dalam menghadapi krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19 saat ini.
Baca Juga: Chatib Basri sebut credit crunch jadi persoalan utama bank saat ini, apa itu?
"Bank Panin masih sangat berhati-hati menyikapi kondisi ekonomi yang ada. Prioritas untuk menghadapi tahun ini adalah menjaga kesehatan bank," paparnya. Dus, bank bersandi bursa PNBN ini memprediksi pertumbuhan kredit perseroan tahun ini kemungkinan besar akan negatif.
Sebagai gambaran saja, merujuk laporan keuangan bulan Mei 2020 realisasi kredit Bank Panin memang turun sebesar 8,44% secara tahunan dari Rp 136,32 triliun di bulan Mei 2019 menjadi Rp 124,82 triliun pada Mei 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News