Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Bank syariah pada sisa waktu di akhir tahun ini berpacu menggenjot pembiayaan untuk meningkatkan kinerja. Dari beberapa sektor berdasarkan jenis penggunaan dan kategori usaha, sektor konsumsi merupakan salah satu yang menjadi tumpuan untuk meningkatkan pembiayaan.
Karena berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai Juni 2016, tercatat pembiayaan konsumsi mendominasi total pembiayaan di bank syariah, sebesar 38,26% dari total pembiayaan bank syariah. Sampai semester I 2016, sektor konsumsi masih mengalami kenaikan penyaluran pembiayaan yaitu mencapai 6,52% yoy menjadi Rp 85,01 triliun. Tercatat pembiayaan bermasalah atau NPF di sektor konsumsi juga masih berada di level rendah yaitu 2,93%.
Beberapa bank syariah menargetkan pada akhir kuartal ini segmen pembiayaan konsumsi bisa mengalami pertumbuhan pembiayaan sampai double digit. Ambil contoh, BNI Syariah. Menurut Direktur Bisnis BNI Syariah, Kukuh Rahardjo, sampai akhir tahun ini pembiayaan syariah diprediksi bisa mengalami pertumbuhan sebesar 13%-15% menjadi Rp 1,2 triliun.
Kukuh mengatakan, sampai Agustus, pembiayaan konsumsi di BNI Syariah tercatat sudah mencapai Rp 800 miliar. Untuk segmen konsumsi, anak usaha BNI ini akan fokus ke dua kategori nasabah yaitu yang mempunyai pendapatan tetap dan yang tidak. “Untuk yang tidak mempunyai pendapatan tetap, kami menyasar pengusaha yang memang bidang usaha industri tidak terkait dengan sektor yang saat ini sedang bermasalah,” ujar Kukuh kepada KONTAN, Jumat, (16/9).
BRI Syariah juga tidak mau kalah, menurut Plt Sekretaris Perusahaan BRI Syariah, Indri Tri Handayani sampai akhir tahun, bank menargetkan pembiayaan konsumsi mengalami pertumbuhan sebesar 10%. Saat ini menurut Indri, pembiayaan syariah berkontribusi sebesar 25% sampai 30% dari total pembiyaaan BRI Syariah. “Dalam jangka menengah, consumer banking harus minimal 40% dari total portofolio pembiayaan,” ujar Indri kepada KONTAN, Jumat, (16/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News