Reporter: Wahyu Satriani, Bernadette C Munthe |
JAKARTA. Hari ini, Bank Indonesia (BI) akan memutuskan suku bunga acuan (BI rate). Kabar yang beredar di kalangan bankir, BI akan menaikkan bunga acuan maksimal 0,5% jadi 7%, merespon lonjakan inflasi yang berada di level 7,02% (year on year).
Benar tidaknya, kita bisa tahu hasilnya hari ini. Taruh kata BI menaikkan BI rate, para bankir yang dihubungi KONTAN berjanji tetap mempertahankan bunga kredit. Contoh, Bank Rakyat Indonesia (BRI), menyiasati dengan menekan margin dan efisiensi. "Jika BI menaikkan BI rate sampai 0,5%, kami tak akan menaikkan bunga kredit," janji Sofyan Basir, Direktur Utama BRI, kemarin (3/2).
Saat ini, BRI mematok bunga kredit mikro, kecil, menengah di 12%-15% setahun, dan bunga kredit korporasi antara 10%-12% per tahun. BRI memilih mempertahankan bunga demi menghindari lonjakan kredit bermasalah (NPL). Maklum, kenaikan NPL akan memaksa bank menyisihkan dana pencadangan lebih besar, sehingga biaya dana membengkak.
Bank Mandiri pun begitu. "Kalau inflasi naik sedikit enggak masalah. Kami belum berencana menaikkan bunga kredit," kata Zulkifli Zaini Direktur Utama Bank Mandiri.
Bank Central Asia (BCA) sami mawon. Menurut Jahja Setiaatmadja, Wakil Direktur Utama BCA, BI rate 7% masih sesuai target BCA dan bukan alasan menaikkan bunga kredit.
Bank CIMB Niaga lebih suka menunggu keputusan BI. Menurut Catherine Hadiman, Wakil Direktur Utama CIMB Niaga, banknya tak menaikkan bunga kredit jika bunga deposito tetap. Masalahnya, "Jika BI rate naik bunga deposito mungkin naik," katanya.
Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan Mirza Adityaswara beberapa waktu lalu menyatakan, tingginya laju inflasi bisa mengerek BI rate dan bunga simpanan. Toh, bank tak selalu menaikkan bunga kredit. Sebab, kenaikan bunga kredit bisa menurunkan permintaan kredit sehingga mengurangi pendapatan bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News