kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bankir justru optimis di ekonomi di tahun politik 2018


Kamis, 11 Januari 2018 / 16:38 WIB
Bankir justru optimis di ekonomi di tahun politik 2018
ILUSTRASI.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 diprediksi mengalami lonjakan. Salah satu penyebabnya, dimulainya tahun politik yang ikut menggairahkan ekonomi.

Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara (persero) Tbk Winang Budoyo menilai, ada dua hal pendorong daya beli masyarakat dan mendorong permintaan kredit perbankan di tahun ini.

Pertama, perbaikan harga komoditas yang mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. 

"Pada Kuartal III 2017 pada pertama kalinya sejak tahun 2014, seluruh provinsi di Indonesia mempunyai pertumbuhan regional yang positif," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (11/1).

Tren pertumbuhan ini akan berlanjut di 2018, tapi menurut dia, pertumbuhannya belum akan signifikan.

Hal kedua, menurut Winang, pemerintah bakal semakin fokus pada program padat karya yang dapat memberikan tambahan penghasilan masyarakat desa dalam jangka pendek.

Selain itu, selama tahun politik ada kecenderungan jumlah uang beredar bakal meningkat. Dus, hal ini pun bakal mendongkrak daya beli masyarakat dan dapat kembali mendorong sektor ritel.

"Sektor Telekomunikasi jelas diuntungkan oleh Pilkada karena pemakaian paket data akan meningkat, sektor ritel juga akan membaik, tapi lebih ke ritel kecil" katanya.

Sementara dari sisi risiko kredit, Winang menyebut rasio non performing loan (NPL) saat ini belum menunjukan perubahan yang signifikan alias masih bertengger di level 3%. Kondisi ini lagi-lagi disebabkan oleh masih terhambatnya penyaluran kredit perbankan.

"Kalau pertumbuhan kredit meningkat, tentunya rasio NPL bisa lebih rendah lagi," ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk Ryan Kiryanto mengatakan kendati tahun 2018 merupakan tahun politik, perseroan tetap optimis seluruh sektor akan tumbuh positif. "Termasuk pertambangan seiring membaiknya harga komoditas di pasar global," katanya.

Kendati demikian, pihaknya masih akan teteap fokus untuk masuk ke sektor infrastruktur, manufaktur, pertanian dan perdagangan serta konstruksi.

Terkait dengan kegiatan politik seperti Pemilihan Ketua Daerah 2018 (Pilkada) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, BNI memandang justru akan menghela pertumbuhan ekonomi jauh di atas 5%. "Karena prospektifnya (tahun 2018) sektor perdagangan, hotel dan restoran," ungkapnya.

Belum lagi, Ryan memandang belanja pemerintah tahun 2018 bakal meningkat diiringi dengan ekspor impor selain investasi secara langsung. Sayang, Ryan belum dapat merinci besaran potensi sektor tersebut yang dapat digarap BNI.

Sedikit berbeda, Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk Edy Kuntardjo beranggapan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi yang stagnan di kisaran 5% malah akan berdampak pada kondisi kredit di tahun 2018. "Semua sektor yang tidak prospektif kecuali perusahaan yang punya individu yang dapat tetap bertahan dan punya peluang tumbuh," kata Edy.

Bank bersandi saham BINA ini mencontohkan, bidang usaha yang bakal naik di tahun 2018 antara lain seperti sektor perhotelan. Hanya saja, tidak banyak yang berprospek baik terutama bagi hotel lama, pasalnya tren di 2018 hotel-hotel baru bakal semakin menjamur.

"Bank harus dapat menganalisa kreditnya, jika selektif maka akan mengurangi resiko," kata Edy.

Sebagai tambahan informasi saja, Bank Indonesia (BI) mencatat, penyaluran kredit perbankan hingga November 2017 hanya tumbuh 7,4% secara year on year (yoy) menjadi Rp 4.635 triliun. Penyaluran kredit tersebut tumbuh lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya 8,1% yoy, maupun periode yang sama tahun lalu sebesar 8,5% yoy.

Sementara untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran tercatat mengalami peningkatan penyaluran kredit sebesar 5,05% yoy menjadi Rp 985,4 triliun dengan mayoritas masuk ke jenis kredit modal kerja (KMK).

Adapun versi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Oktober 2017 silam, sektor transportasi, pergudangan juga tumbuh di level 5,89% yoy menjadi Rp 175,34 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×