Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tahun berat bukan cuma dialami perbankan Tanah Air. Wajah industri perbankan global pun masih muram. Kali ini, kabar buruk dibawa Standard Chartered (Stanchart) Plc. Bank raksasa asal Inggris ini berencana merumahkan (PHK) 1.000 karyawan atau bankir yang berada di level senior.
Angka ini merupakan seperempat dari total staf senior yang bekerja di Stanchart seluruh dunia. Saat ini, ada sekitar 4.000 bankir yang masuk kategori senior, termasuk jajaran direksi. Keputusan PHK massal ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan bisnis Stanchart Indonesia.
"Pemangkasan karyawan level senior di Standard Chartered Indonesia, kami tidak mempunyai angkanya," kata Head of Corporate Affairs Standard Chartered Bank Indonesia Troy Pantouw kepada KONTAN, Senin (12/10).
Troy menambahkan, pasca kebijakan PHK massal, strategi perseroan selanjutnya akan diumumkan dalam beberapa bulan mendatang. Rencana PHK massal dikabarkan bakal terus berlanjut. "Sekitar 250 dari 1.000 managing director di dunia akan diberhentikan," ujar sumber Bloomberg.
Asal tahu saja, selama ini cabang Stanchart di kawasan Asia merupakan kontributor terbesar pendapatan secara global. Namun, anjloknya harga komoditas membuat rapor kinerja Stanchart memerah. Yang jelas, kelesuan kinerja perbankan global turut berimbas terhadap nasib cabang bank asing di Indonesia.
Sebelumnya, ada CIMB Niaga yang menyiapkan dana sebesar Rp 400 miliar-Rp 500 milar untuk program pensiun dini atau 10% dari anggaran belanja tahunan. Tujuan paket pensiun dini adalah agar struktur biaya operasional perusahaan lebih efisien.
Sebanyak 20% dari total 15.000 karyawan CIMB Niaga mendaftarkan diri pada program pensiun dini bertajuk mutual separation scheme (MSS) tersebut. Selain CIMB Niaga, merger antara Bank Ekonomi dan HSBC ditengarai berpotensi memicu efisiensi pegawai.
Catatan, aset Stanchart Indonesia mencapai Rp 68,21 triliun per Juni 2015. Sementara kredit Rp 30,35 triliun dan laba sekitar Rp 310,49 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News