Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun depan, industri perbankan diprediksi akan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Sebab, beberapa tantangan sudah menanti kalangan perbankan salah satunya tren kenaikan bunga serta pengetatan likuiditas.
Praktis hal tersebut berpengaruh terhadap biaya kredit alias cost of credit (coc) perbankan. Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id memprediksi pada tahun depan biaya kredit relatif stabil.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang mengatakan sampai dengan akhir November 2018 lalu posisi coc masih ada di level 0,6%. Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja secara singkat menyebutkan pada tahun depan posisi biaya kredit masih akan ada di level yang sama.
"Saat ini coc kita ada di kisaran 60 bps, tahun depan di prediksi masih akan stay juga di 60 bps," tuturnya kepada Kontan.co.id, Kamis (13/12).
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Bank Mandiri Tbk Panji Irawan mengatakan tahun depan biaya kredit akan meningkat namun masih dalam batas yang stabil bila dibandingkan dengan tahun 2018 yakni di level 1,7%.
Sampai akhir tahun 2018 ini Bank Mandiri memperkirakan biaya kredit akan ada di level 1,64%-1,67%.
"Biaya kredit proyeksi kita tahun depan sekitar 1,7%. Tahun ini ekspektasi kita sebetulnya dekat-dekat itu juga sih sekitar 1,67% dan sebetulnya kita mau bawa turun sedikit jadi 1,64% lah," ujarnya, Rabu (13/12).
Beberapa faktor yang membuat biaya kredit bakal stabil menurut Panji adalah prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit yang dijaga oleh Bank Mandiri. Bank berlogo pita emas ini mengatakan tahun depan pihaknya hanya mengincar pertumbuhan kredit 11,5% alias lebih rendah dari tahun ini yang dipatok 13%.
Hal tersebut dikarenakan Bank Mandiri ingin mengamankan posisi likuiditasnya. Wajar saja, tahun ini Bank Mandiri memang hanya mematok pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) kecil di kisaran 5,58%.
Nah, tahun depan Panji menyebut pihaknya menarget perolehan DPK mampu menembus Rp 852 triliun atau tumbuh 10,63% dibanding pencapaian tahun 2018.
"Kami selektif (menyalurkan kredit), kalau jor-joran nanti efeknya bisa kemana-mana, tapi terbukti kan hasilnya bisa terlihat secara bottom line," ujarnya.
Di sisi lain, bank bersandi emiten BMRI ini juga ingin menekan laju non performing loan (NPL) hingga ke level 2,7% atau membaik dari prediksi tahun ini sebesar 2,9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News