Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan terus berupaya mendorong efisiensi guna meningkatkan perolehan laba tahun ini di tengah kecenderungan penurunan pendapatan bunga bersih alias Net Interest Margin (NIM).
Beberapa bank berhasil lebih efisien hingga Mei 2019. Data data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) perbankan per April 2019 ada di level 83,48%, turun dari posisi Januari 87,79%. Tetapi masih meningkat dibanding bulan Maret yang tercatat sebesar 82,92%.
Semakin besar rasio BOPO perbankan menunjukkan semakin tidak efisien dalam menjalankan operasional bisnisnya. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk adalah salah satu bank yang sukses melakukan efisiensi.
Emiten berkode saham BBRI ini mencatatkan rasio BOPO di level 72,1% per Mei, turun dari posisi Januari yang tercatat sebesar 72,1%. Penurunan tersebut terjadi karena perseroan melakukan efisiensi dari sisi biaya dan peningkatan pendapatan.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menjelaskan, efisiensi biaya terjadi karena strategi proses bisnis re-engineering yang dilakukan melalui digitalisasi dan kemampuan perseroan menjaga kualitas kredit sehingga menahan laju pembentukan biaya pencadangan.
Sedangkan dari sisi peningkatan pendapatan, penurunan BOPO terjadi lantaran BRI terus meningkatkan komposisi kredit mikro dan fokus meningkatkan kontribusi fee based income baik dari nasabah corporate maupun melalui transaksi e-channel.
"Mengingat strategi bisnis yang diterapkan BRI maka kami cukup optimis bisa mencapai target BOPO akhir tahun di kisaran 67%-69%." kata Haru pada Kontan.co.id, Selasa (2/7).
Guna terus meningkatkan efisiensi, Haru bilang, perseroan akan terus melanjutkan digitalisasi proses bisnis, peningkatan penghimpunan casa, konsisten menjaga kualitas kredit yang dapat meningkatkan efisiensi biaya.
Perseroan juga akan melanjutkan strategi yang sama seperti paruh pertama ini dalam mendorong peningkatan pendapatan. Strategi itu diharapkan dapat mengkompensasi penurunan NIM sehingga bottom line terjaga.
Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk terus menjaga BOPO sekitar 70%, itu cenderung stabil dari posisi akhir tahun 2018. Direktur Keuangan BNI, Anggoro Eko Cahyo mengatakan, hingga akhir tahun target akan dijaga di level tersebut dengan strategi menyeimbangkan sisi biaya dan pendapatan.
"Mesin pencetak pendapatan akan kami optimalkan seraya mengefektifkan dan mengefisienkan sisi biaya sembari mendorong digitalisasi sebagai strategi naikkan fee based income," kata Anggoro.
Selain mendorong efisiensi itu, BNI akan terus mengupayakan NIM stabil di kisaran 5% sehingga perolehan laba tahun ini tetap terjaga. Adapun strategi perseroan mencapai target NIM adalah dengan menjaga kualitas aset.
Namun PT Bank Tabungan Negara Tbk sedikit berbeda. Bank berkode emiten BBTN ini masih mengalami peningkatan rasio BOPO dimana per Mei ada di level 88,85%. Sementara periode yang sama tahun lalu ada di level 87,68% dan akhir 2018 ada di level 85,58%
Direktur Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso menjelaskan, kenaikan BOPO itu terjadi karena adanya peningkatan beban bunga sebesar 36% yoy pasca kenaikan suku bunga acuan BI akhir 2018. "Namun, BTN tetap berkomitmen melakukan program efisiensi hingga akhir tahun untuk mencapai target BOPO 84%," ujarnya.
Strategi perseroan dalam efisiensi adalah dengan melakukan percepatan pengembangan digital banking dan inisiatif digitalisasi proses seperti penguatan peran BTN properti portal, mengembangkan management tools untuk mendukung aktivitas marketing dan sales, serta peningkatan operational supporting tools yang ada saat ini.
Digitalisasi yang dilakukan BTN yang lebih difokuskan pada percepatan proses bisnis telah berdampak pada beban operasi selain bunga yang tercatat mengalami penurunan 0,34% (yoy)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News