Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat
Menurut Sunarso, dengan mengimplementasikan keuangan berkelanjutan, kinerja keuangan BRI masih bisa bertahan di tengah pandemi. Tercermin aset BRI tumbuh 6,8% year on year (yoy) menjadi Rp 1.374,38 triliun. Sedangkan kredit tumbuh 1,4% yoy menjadi Rp 896,51 triliun.
“Lebih spesifik, kredit yang bisa tumbuh itu segmen mikro, kita mengedepankan asas equality yang kecil-kecil itu kayak untuk mendapat pembiayaan. Saat ini, segmen mikro lah yang mampu tumbuh 16% yang kemudian berkontribusi pada pertumbuhan total 1,4%,” tambah Sunarso.
Sedangkan himpunan dana pihak ketiga (DPK) BRI masih tumbuh 5,6% yoy menjadi Rp 1.033,25 triliun. Adapun rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bisa dijaga di level 3,12%. Ia mengaku ada peningkatan loan at risk (LAR) yang terdampak pandemi di level 28,84%.
“LAR sewaktu-waktu bisa jatuh, tapi kita manajemenkan dengan prinsip ESG, dengan pencadangan melalui pengorbanan laba untuk pencadangan. Sehingga, kalau terjadi apa-apa bank ini (BRI) bisa sustainable,” ujar Sunarso.
Ke depannya, Sunarso bilang, BRI akan menerbitkan kebijakan ESG untuk penyaluran kredit sektoral. Kolaborasi dengan United Nation atau PBB untuk mengembangkan green catalogue dan penyaluran kredit terkait SDGs. Juga melakukan integrasi ESG ke dalam rencana bisnis bank dan key performance indicator (KPI) terkait ESG.
Asal tahu saja, pada 21 Maret 2021, BRI telah merilis sustainability bond senilai US$ 500 miliar. Surat utang ini memiliki tenor 5 tahun dengan kupon 3,95% yang digunakan untuk mendukung berbagai proyek ESG.
Selanjutnya: BRI telah salurkan kredit ke sektor keuangan berkelanjutan sebesar Rp 579 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News