kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini kiat Fintech Lending jaga rasio kredit bermasalah


Rabu, 27 Maret 2019 / 21:32 WIB
Begini kiat Fintech Lending jaga rasio kredit bermasalah


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah platform fintech lending telah menyiapkan strategi untuk memitigasi kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL). Berbagai strategi dipersiapkan mulai dari penyeleksian calon peminjam hingga penagihan utang.

Misalnya saja PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (Akseleran). Co Founder & CEO Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan bahwa perusahaan mencatatkan kredit macet 0,44% per Maret 2019.

Capaian NPL di bawah 1% itu berkat strategi perusahaan di antaranya dengan mempertahankan kualitas pinjaman melalui penyeleksian calon peminjam secara ketat. Kemudian melakukan penagihan dan pemulihan NPL.

“Pada 90 hari awal, kami melakukan penagihan secara internal. Apabila sudah lewat 90 hari Akseleran menunjuk penagih eksternal,” kata Ivan kepada Kontan.co.id, Rabu (27/3).

Apabila pinjaman tidak dilunasi, maka agen eksternal akan melakukan tindakan hukum mulai dari eksekusi agunan, menggugat pailit dan gugatan secara perdata. Untungnya, kata dia, 99% pinjaman Akseleran mempunyai agunan sehingga lebih aman dalam memitigasi risiko gagal bayar.

PT Mitrausaha Indonesia Group atau Modalku mencatat, rasio kredit bermasalah 0,8% per Maret 2019, atau menurun dari Desember 2018 yaitu sebesar 0,95%.

CEO Modalku Reynold Wijaya menjelaskan, bahwa perusahaan menerapkan prinsip penyaluran pinjaman yang bertanggung jawab. Pada tahap awal, perusahaan menganalisa dan menilai pertumbuhan bisnis calon peminjam.

“Modalku akan menilai kemampuan finansial para peminjam dalam melakukan pembayaran rutin dan melunasi pinjaman,” kata dia.

Setelah itu, perusahaan memanfaatkan teknologi untuk mengenal profil calon peminjam. Mulai dari menghimpun data mereka, seperti melakukan verifikasi wajah melalui gambar digital (facial recognition), data calon peminjam dari e-commerce, data keuangan dan data media sosial.

Menurutnya, melalui teknologi ini berperan untuk mengecek apakah calon peminjam itu layak atau tidak untuk diberikan kredit. Ini semua diperlukan untuk memitigasi risiko gagal bayar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×