Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk terus berupaya memperbaiki kinerja perusahaan. Terlebih, bank syariah pertama di Indonesia ini pernah memiliki rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) di level 5,41% per Juni 2019.
Pasca Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menjadi pemegang saham pengendali, Bank Muamalat mulai mencatatkan kinerja keuangan yang lebih baik.
Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K. Permana mengakui sebelum adanya investor baru, bank berkutat dengan persoalan modal dan NPF.
“Setelah BPKH masuk, kita keluarkan pembiayaan bermasalah Rp 10 triliun dan mendapatkan modal dari BPKH sebesar Rp 3 triliun. Kini (Maret 2022), rasio kecukupan modal atau CAR 33,39% dan NPL net di bawah 1%,” ujarnya di Jakarta, Senin (11/7).
Baca Juga: Bank Muamalat Bakal Menggelar IPO di Akhir 2023
Ia menyatakan ketika Bank Muamalat mengumumkan BPKH sebagai investor baru, nasabah mulai percaya lagi menempatkan dananya. Tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga 7,17% year on year (yoy) dari Rp 42,67 triliun menjadi Rp 45,73 triliun per Maret 2022.
Adapun modal inti Bank Muamalat ikut naik 17,52% dari Rp 4,28 triliun menjadi Rp 5,03 triliun per Maret 2022. Ini membuat CAR naik dari 15,06% di Maret 2021 menjadi 33,39% pada Maret 2022.
Permana menyatakan modal yang besar itu akan digunakan untuk berbagai inisiatif ekspansi di paruh kedua 2022. Terutama untuk memperkuat digitalisasi bank dalam menggenjot bisnis ke depannya. Terlebih, sebanyak 50% hingga 60% transaksi nasabah di kantor cabang sudah pindah ke saluran digital.
Bank Muamalat juga akan terus menggeser porsi dominasi pembiayaan korporasi ke ritel. Sebab berkaca pada masa lalu, penyaluran kredit ke segmen komersial hingga korporasi secara jor-joran memberatkan kualitas aset.
“Pembiayaan akan disalurkan selektif, korporasi masih ada tapi untuk BUMN dan perusahaan dengan rating AAA. Lalu mengoptimalkan pembiayaan konsumer seperti KPR multiguna umrah dan haji,” tambahnya.
Ia mengakui, pembiayaan di 2022 tidak akan agresif seiring untuk penguatan model bisnis dan perbaikan aset. Oleh sebab itu, Bank Muamalat hanya menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 3,2 triliun di sepanjang 2022.
Nilai itu terbilang rendah untuk bank aset menengah. Rinciannya Rp 1,7 triliun untuk pembiayaan korporasi dan Rp 1,5 triliun untuk segmen ritel.
Kendati demikian, secara presentasi tahunan, pembiayaan itu akan tumbuh sekitar 12% yoy dari pencapaian 2021.
Baca Juga: Gandeng Paper.id, Bank Muamalat Percepat Transformasi Digital untuk Pendanaan UMKM
Asal tahu saja, BPKH resmi menjadi pemegang saham pengendali Bank Muamalat sejak akhir 2021 lalu. Kala itu, BPKH menerima pengalihan saham melalui hibah dari para pemegang saham pengendali (PSP) sebelumnya, yakni Islamic Development Bank (IsDB), Boubyan Bank, Atwill Holdings Limited, National Bank of Kuwait, IDF Investment Foundation, dan BMF Holdings Limited.
Pasca itu, Bank Muamalat terus mempercantik diri dengan melakukan berbagai langkah strategis. Mulai dengan restrukturisasi aset bermasalah dengan menggandeng PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PT PPA.
Dus, PT PPA mengelola aset berkualitas rendah Bank Muamalat sebesar Rp 10 triliun. Ini membuat non performing financing (NPF) gross Bank Muamalat turun menjadi sekitar 0,49% per Maret 2022 turun dari 4,93% di Maret 2021.
Sejalan dengan itu, BPKH juga menyuntik modal kepada Bank Muamalat sebesar Rp 3 triliun. Rinciannya, senilai Rp 1 triliun dari rights issue dan Rp 2 triliun dari penyerapan sukuk Subordinasi yang diterbitkan oleh bank syariah pertama di tanah air itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News