Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menyatakan konsisten memperkuat strategi operasional bisnis yang sehat dan berkelanjutan dengan memantau mitigasi risiko. Tujuannya agar BNI berdaya tahan dan mampu mengantisipasi berbagai risiko global.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengungkapkan dinamika pasar keuangan yang cukup volatile sejak 2008 hingga akhir-akhir ini memang cukup menantang bagi perbankan nasional. Meski demikian, kejatuhan beberapa bank di Amerika tidak lantas berdampak terhadap perbankan di Indonesia.
“Perbankan perlu memiliki strategi yang tepat, baik dari sisi missmatch yang harus dikelola serta risiko konsentrasi pada sisi aset maupun liabilitas. Artinya balance itu, kita harus jaga jangan sampai kita mengalami kesulitan,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (10/4).
Baca Juga: BNI Cabang Singapura Catat Laba Bersih US$ 26,6 Juta Pada 2022
Royke menjelaskan, risiko pasar atas investasi harus diperhatikan di mana aset harus memiliki fleksibilitas agar mudah dikelola.
Menurutnya, komunikasi perusahaan kepada pihak eksternal harus dilakukan secara hati-hati karena menyangkut reputasi bank.
“Jika tidak dikomunikasikan dengan baik akan direspons negatif baik oleh kreditur ataupun investor, jadi di dalam komunikasi ini peran paling penting dalam melakukan komunikasi dan corporate action,” jelasnya.
Royke menyebutkan, perbankan juga penting dalam mengelola matching produk dan melakukan mitigasi risiko serta strategi funding terkait diversifikasi produk termasuk asset sales management hingga melakukan stress testing secara rutin atas potensi risiko yang mungkin terjadi.
Menurutnya, aset yang paling berisiko adalah treasury asset yang merupakan bagian dari liquidity management.
"Hal ini harus dilakukan secara optimal dengan menetapkan tujuan awal investasi dengan rancana bank yang telah ditetapkan. Jangan sampai tujuan awal tidak sesuai rencana,” katanya.
Selain itu, kata Royke, perbankan harus selalu memperhatikan kondisi pasar keuangan, sinyal-sinyal di market sehingga mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memperpanjang atau memperpendek durasi investasi.
Baca Juga: BNI Berkomitmen Dukung Pembangunan Ekonomi IKN
“Kita mulai melakukan penyesuaian aset dan tenor, bagaimana tingkat ranking likuiditas, kita harus melakukan penyusunan,” terangnya.
Dia menambahkan, teknikal analisis juga penting untuk dicermati sebelum melakukan penempatan dana dan harus dengan risiko koridor yang terukur sehingga membatasi kerugian yang akan mungkin timbul dari risiko pasar.
“Kesimpulannya liquidity is a king, bagaimana sebuah bank bisa mengelola likuiditas dan memitigasi risiko. Kita benar-benar harus memperhatikan likuiditas bank dan juga harus melakukan perencanaan yang baik,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News