Reporter: Roy Franedya, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARta. Gempa dan tsunami yang melanda Jepang mengancam bisnis trade finance dan remittance perbankan. Maklum, negeri Sakura tersebut merupakan salah satu negara mitra dagang utama Indonesia.
Head of Tread and Supply Chain The Hongkong and Shanghai and Banking (HSBC) Indonesia Nirmala Salli menuturkan, kelancaran bisnis trade finance bank akan terganggu. Kemungkinan akan banyak terjadi penundaan pengiriman barang pesanan eksportir maupun importir. "Seberapa besar dampaknya, belum bisa kami pastikan. Tapi jika ekspor Indonesia turun, transaksi kami juga turun. Transaksi trade finance kami ke Jepang cukup tinggi," ujarnya.
Saat ini HSBC Indonesia tengah intensif melakukan kontak dengan HSBC Tokyo untuk menghitung imbas musibah tersebut ke bisnis. Nirmala mengungkapkan, pangsa pasar trade finance HSBC 2010 untuk ekspor mencapai 21% dari total ekspor ke semua negara, dan 11% untuk impor. "Kami akan menjaga agar tidak terjadi penurunan hingga single digit," tambahnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia ke Jepang tahun 2010 mencapai US$ 16,49 miliar. Adapun total ekspor Indonesia tahun lalu US$ 157,43 miliar dan nilai impor mencapai US$ 135,61 miliar,
Sementara ekspor nonmigas mencapai US$ 129,68 miliar dan impor nonmigas sekitar US$ 108,24 miliar. Nirmala menambahkan, saat ini underlying transaction dari 70%-80% dari sekitar 1.000-2.000 nasabah korporasi HSBC menggunakan fasilitas perdagangan.
Bisnis remittance juga terancam
General Manager Divisi Internasional Bank BNI Bob T. Ananta mengaku belum menghitung dampak bencana Jepang terhadap bisnis trade finance BNI ke Jepang. Tahun lalu nilai transaksi trade finance Bank BNI dari bisnis ekspor ke Jepang US$ 163,1 juta dan impor sebanyak US$ 52 juta.
Namun, dalam jangka pendek, bisnis remittance BNI ke sana diperkirakan anjlok antara 10%-15%. "Senin (14/3) lalu, cabang kami di Tokyo baru beroperasi 70% dan hari ini sudah beroperasi 100%, namun jaringannya belum normal," jelasnya. Tahun lalu, nilai remittance ke Jepang melalui jaringan BNI mencapai US$ 300 juta.
Transaksi trade finance dan remittance Bank Mandiri dengan Jepang juga cukup besar. Tahun lalu, nilainya masing-masing US$ 470 juta dan US$ 1,06 miliar. Februari lalu, nilai transaksi trade finance dan remittance masing-masing sudah US$ 76,7 juta dan US$ 172,46 juta. "Namun, sejauh ini keduanya masih lancar," kata Direktur Treasury, Financial Institutions and Special Asset Managment Mandiri Thomas Arifin.
Bank Central Asia (BCA) mengaku tidak terpengaruh musibah Jepang. "Nasabah banyak yang menggunakan bank asal Jepang," ujar Wakil Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News